Investor Pemula

Mengenal Metaverse, Masa Depan Ekonomi Virtual

Mengenal Metaverse, Masa Depan Ekonomi Virtual

Ajaib.co.id – Ada yang menarik dalam konferensi 2021 Connect di mana Mark Zuckerberg sebagai pendiri Facebook telah memutuskan untuk mengganti namanya dari Facebook menjadi Meta. Dari yang semula memiliki citra sebagai perusahaan sosial media kini menjadi lebih dari itu. Dengan nama Meta, citra baru sedang dibangun oleh Zuckerberg menunjukkan komitmen perusahaannya untuk membangun dunia virtual-nya sendiri yang disebut sebagai Metaverse. Apakah kamu sudah tahu apa itu Metaverse? Dan bagaimana pula Metaverse akan dapat mengubah cara kita bersosialisasi, bekerja dan berbisnis?

Evolusi Pengalaman Virtual

Puluhan tahun lalu tak terbayangkan rasanya bertransaksi saham secara online. Papa atau mama kamu di era tahun 90-an bertransaksi saham melalui telepon saja atau bahkan pergi ke sekuritas dan trading di sana selama jam bursa. Namun hari ini kita sudah menggunakan aplikasi Ajaib di ponsel kita yang memungkinkan kita bertransaksi saham secara real time di mana saja! Apa yang tidak mungkin puluhan tahun lalu, kini menjadi mungkin.

Sama halnya dengan cara kita bercengkrama satu sama lain. Zuckerberg telah mendeskripsikannya dengan sangat baik. Ketika Facebook baru dimulai pada tahun 2000-an, saat itu kita bercengkrama secara virtual dengan mengetik teks menjadi tulisan di blog-blog. Kemudian Facebook hadir untuk memfasilitasi perasaan kita dengan memasang status, menceritakan kisah dan membangun grup berisikan orang-orang dengan minat yang sama.

Kemudian dengan meluasnya ponsel ber-kamera, internet menjadi tempat yang lebih visual, dan orang-orang dengan pengikut terbanyak menjadi selebriti di jagat sosial media. Di sini ribuan milyarder baru tercipta, proses berbisnis jadi lebih mudah dengan menjangkau pembeli lebih banyak secara online.

Kemudian ketika koneksi internet lebih cepat dengan harga semakin terjangkau, video menjadi cara yang lebih kaya dalam membagikan pengalaman. Kita telah beralih dari dekstop komputer, ke situs web, lalu ke aplikasi ponsel. Dari teks saja, ke foto, lalu video, semua evolusi pengalaman virtual tersebut kita alami dalam waktu beberapa tahun saja dan semuanya berlangsung begitu saja.

Kita telah menikmati perubahan cara kita terhubung secara virtual satu sama lain dari waktu ke waktu. Dan Facebook, eh Meta maksudku, berjanji bahwa video bukanlah akhir dari evolusi pengalaman virtual. Kegiatan virtual berikutnya akan melibatkan teknologi 2D dan 3D dalam sebuah komunitas virtual di dunia Metaverse.

Apa Sih Metaverse Itu?

Ada sebuah film karya Stephen Spielberg yang benar-benar menggambarkan Metaverse dengan sangat baik berjudul Ready Player One, mungkin kamu juga sudah nonton? Nah, Metaverse itu seperti itu.

Sama halnya ketika kamu bermain game, kamu bertemu dan bermain bersama dalam bentuk avatar yang kamu ciptakan dengan avatar milik orang-orang yang belum pernah kamu temui di dunia nyata sebelumnya.

Dalam Metaverse pengalaman tersebut menjadi semakin kaya karena kamu masuk seutuhnya dan bermain di dalam Metaverse dengan bantuan konsol VR yang membuatmu merasa seperti benar-benar masuk ke dunia VR tersebut.

Metaverse didefinisikan oleh Mark Zuckerberg sebagai seperangkat ruang virtual yang dapat kamu ciptakan dan jelajahi dengan orang lain yang tidak berada di ruang fisik yang sama denganmu. Itu seperti jaringan luas dari dunia virtual tiga dimensi yang bekerja secara real time oleh pengguna dengan jumlah yang tidak terbatas.

Metaverse akan menghadirkan dunia tiga dimensi yang benar-benar seperti nyata layaknya dunia sebenarnya atau bahkan lebih baik. Dengan bantuan headset VR, augmented reality (AR), smart watch dan smart glasses, kita dapat berpindah ke dalam dunia metaverse. Di Metaverse kamu bisa memiliki berbagai pengalaman yang tak terbayangkan sebelumnya. Kamu bisa menciptakan avatarmu dan hang out, bekerja, bermain, belajar, berbelanja, dan mencipta dengan avatar lain di sana.

Di Metaverse kamu bisa saja merasakan suasana di abad ke-17 ketika Belanda baru mulai merapat ke Banten. Atau kamu mau mencoba pengalaman loncat-loncat di bulan bersama alien? Bagaimana dengan mendaki ke puncak Everest bersama Batman? Pernah terbayang menjadi dewa Yunani dan memerintah bersama Zeus di gunung Olympus? Atau bermain bersama Snow White dan Mulan di dunia metaverse ciptaan Disney?

Nah, jika kehadiran blog dan sosial media seperti Facebook dan Instagram bisa menghadirkan kesempatan bagi setiap orang untuk jadi milyarder, begitu pula dengan Metaverse!

Apa Saja yang Bisa Dilakukan di Metaverse?

Adanya metaverse, memungkinkan kamu untuk melakukan hal-hal seperti pergi ke konser virtual, melakukan perjalanan online, membuat atau melihat karya seni dan mencoba pakaian digital untuk dibeli.

Metaverse bisa menjadi game-changer untuk sistem shift kerja dari rumah atau work from home. Alih-alih hanya dapat melihat rekan kerja di kotak panggilan video seperti aplikasi video conference, karyawan bisa bergabung bersama di kantor virtual.

Facebook sendiri telah meluncurkan software meeting untuk perusahaannya yang disebut Horizon Workrooms dan digunakan dengan headset Oculus VR-nya. Headset yang berharga USD 300 lebih ini membuat pengalaman paling mutakhir di luar jangkauan orang-orang.

Menurut Zuckerberg, banyak pengalaman yang akan hadir di sekitar untuk menciptakan kemampuan teleportasi dari satu pengalaman ke pengalaman lainnya. Perusahaan-perusahaan teknologi harus mencari cara untuk bisa menghubungkan platform online mereka satu sama lainnya.

Ekonomi Dalam Metaverse

Saat ini metaverse belum benar-benar dapat diakses secara luas dan masih dibangun oleh banyak perusahaan. Metaverse adalah ruang global yang dapat diakses oleh siapapun, bukan sesuatu yang dikuasai satu perusahaan saja. Dan Facebook, eh Meta maksudku, ingin menjadi yang paling unggul dalam hal ini. Demi komitmennya, Meta menganggarkan sedikitnya USD 10 miliar atau setara dengan Rp 140-an triliun untuk membangun metaverse-nya.

Metaverse memiliki potensi untuk merevolusi cara kita berbisnis, mengunjungi teman, berbelanja dan terhubung satu sama lain. Dengan bantuan VR dan AR, metaverse mengkombinasikan dunia fisik dan digital.

Meta sendiri memproyeksikan dunia di mana para penggunanya akan memiliki kendali untuk membangun dunia virtualnya, mendesain segalanya seperti stasiun luar angkasa atau apapun di mana kamu bisa bekerja bersama, ngobrol atau belajar.

Zuckerberg mendeksripsikan sebuah dunia virtual di mana konsumen tidak hanya membeli hardware untuk mengakses metaverse tapi juga berbelanja di dalam metaverse sendiri, misalnya pakaian untuk avatar mereka. Atau bahkan membeli properti di metaverse yang dapat kamu sewakan untuk perkantoran jika kamu berniat untuk mengadakan meeting konferensi di sana. Belakangan aktor JJ Lin bahkan telah membeli properti di metaverse senilai $123,000 atau setara sekitar Rp 1,5 miliar di Decentraland.

Selain Meta, ada Zoom, Microsoft dan Google, dan ada ratusan perusahaan lainnya di belakang mereka seperti Disney, yang sedang membangun dunia metaverse-nya untuk memberikan pengalaman virtual yang next level.  Perusahaan-perusahaan ini berlomba-lomba untuk mengeruk pangsa pasar sebesar-besarnya.

Hari ini kita telah memanfaatkan internet untuk keuntungan kita, ke depannya bukan tidak mungkin akan ada ribuan atau bahkan jutaan orang yang akan menggunakan metaverse untuk menghasilkan pendapatan.

Pemain di Industri Metaverse

Karena metaverse adalah hal baru, banyak perusahaan ingin sesegera mungkin jadi yang pertama untuk bisa menjangkau pasar seluas-luasnya. Sama halnya dengan kemunculan internet, diharapkan metaverse juga akan sukses melibatkan semua orang. Berikut daftar perusahaan selain Meta dengan ide metaverse-nya.

1. Microsoft

Jika Meta berharap membawa orang-orang ke metaverse, Microsoft malah mau sebaliknya yakni membawa metaverse ke orang-orang. Microsoft baru-baru ini mengumumkan bahwa mereka akan menambahkan avatar 3D dan ruang kerja digital imersif ke Microsoft Teams.

Microsoft Mesh akan bertanggung jawab untuk kolaborasi virtual pengguna Teams menggunakan headset VR dan AR dan sudah tersedia di tahun 2022! Berbekal ponsel dan komputer, semua orang dengan akun Teams akan memiliki avatar 3D-nya dan siap menjajal tahap awal metaverse ala Microsoft di tahun 2022.

Bahkan aplikasi Microsoft Loop akan memungkinkan pekerja jarak jauh bergerak, membagikan dokumen dan sumber dayanya melalui kanvas kolaborasi digital. Ke depannya Microsoft juga ingin membawa permainan Xbox ke dunia 3D.

2. Zoom

Platform konferensi video Zoom melihat peluang bahwa sebagian pekerja akan mulai bekerja di dunia metaverse. Sehingga CEO-nya yakni Eric Yuan berkata bahwa Zoom akan menempatkan diri sebagai penyedia lapak bisnis untuk kelas virtual  Zoom di jagat metaverse.

3. Roblox

Roblox sebagai platform game online sudah terlibat dalam ruang metaverse, namun kebanyakan hanya dimainkan oleh anak-anak. Roblox menciptakan platform virtual di mana penggunanya dapat membuat game mereka sendiri.

Sambil bermain, pengguna dapat membeli mata uang virtual Rubux untuk membeli add-on untuk permainan tersebut. Dan Roblox rupanya telah menghasilkan keuntungan yang mumpuni. Roblox kemungkinan akan melibatkan perangkat headset VR dan AR agar pengalaman metaverse makin kaya.

4. Epic Games

Perusahaan hiburan Epic Games, pembuat Fortnite, melihat potensi besar di metaverse. Pada April 2021, Epic Games mengumumkan investasinya sebesar USD 1 miliar ke Sony Group Corporation untuk menghadirkan metaverse ke kehidupan nyata.  

5. Nike

Nike juga memiliki visinya, Nike memikirkan kemungkinan pengguna metaverse membeli produk virtual Nike seperti misalnya sepatu dan jaket Nike untuk avatar mereka. Logo dan merek Nike kini mulai dipasarkan untuk digunakan secara virtual bagi siapapun yang mau menggunakannya.

Investasi Metaverse

Pertanyaan berikut mengenai ekonomi Metaverse adalah memangnya ada yang mau bermain di metaverse? Ada. Tapi seberapa banyak? Akankah sukses?

Dalam metaverse kamu bisa membeli dan menyewa tanah, atau bahkan membangun aset digital di atasnya. Ketika milyaran manusia memadati metaverse, lapak-lapak millikmu akan bernilai ekonomis.

Sama halnya dengan blog-blog di masa awal internet, yang semula hanya berisikan hal-hal yang bersifat hobi kemudian menjadi bernilai ekonomis mendatang cuan bagi pemiliknya. Jika barang digital kamu di metaverse diminati banyak orang maka nilainya akan meningkat, sama seperti hal lainnya di dunia ini. Tapi jika tidak?

Sebenarnya tidak ada jaminan metaverse akan berhasil. Meta dan perusahaan lainnya hanya berusaha menjadi yang pertama dalam teknologi ini. Berhasil atau tidak, respon pasar belum tentu sesuai dengan perkiraan mereka.

Biasanya produk dibuat untuk memenuhi permintaan publik, namun ada juga produk yang berusaha menciptakan permintaan itu sendiri. Instagram misalnya, di awal peluncurannya banyak yang skeptis dengan Instagram. Facebook rasanya sudah cukup untuk memenuhi hasrat posting status, foto dan video. Namun ternyata penciptaan permintaan akan instagram sukses, bahkan saat ini tak ada bisnis yang tak memiliki instagram rasanya.

Akan tetapi kisah penciptaan permintaan tak melulu sukses. Google Glass misalnya, atau Google Plus, keduanya adalah produk gagal yang sebelumnya digadang-gadang akan mendulang keuntungan besar bagi Google. Namun tidak ada salahnya untuk mencoba bukan?

Sama halnya dengan metaverse, permintaan atas pengalaman virtual mungkin belum dirasa meluas. Apakah metaverse akan sesukses Instagram? Atau malah gagal seperti Google Glass? Tak ada yang tahu, dan kita punya cukup waktu untuk menunggu reaksi pasar.

Sebagaimana halnya dengan investasi manapun kamu tidak mesti langsung menceburkan diri All In ke dalam investasi berbau metaverse. Kamu harus mengerti dahulu dan menunggu reaksi pasar mengenai metaverse. Apakah hal ini akan berhasil atau tidak dan apakah akan bertahan dalam waktu lama.

Sebuah kisah demam emas di Amerika Serikat bisa menjadi pelajaran. Ketika demam emas terjadi di California di era 1930-an, ketika itu semua orang berbondong-bondong pergi menambang emas meninggalkan pekerjaan utamanya. Hanya sedikit yang berhasil menambang emas dan jadi benar-benar kaya raya. Namun perusahaan sekop dan peralatan pendulangan emas menghasilkan keuntungan yang jauh lebih banyak dari mayoritas penambang dengan memanfaatkan hype demam emas di Amerika Serikat.

Jangan lupa bahwa seluruh dunia metaverse adalah aset NFT yang dibangun di atas ekosistem blockchain smart contract seperti Ethereum (ETH) dan Solana (SOL). Jika metaverse tidak sukses, setidaknya ETH dan SOL akan bagus ke depannya karena investasi untuk membangun metaverse telah mulai digelontorkan.

Artikel ini dibuat sekedar untuk pengetahuanmu. Investasi hendaknya dilakukan atas kehendak pribadi. Pahami dahulu sebelum melakukan investasi dan lakukan risetmu terlebih dahulu. Jika tertarik untuk mulai investasi aset kripto, download Aplikasi Ajaib Kripto dengan klik di bawah ini.

Artikel Terkait