Investor Pemula

Mengenal Decentralized Finance (DeFi) dalam Dunia Aset Kripto

Decentralized Finance DeFi Crypto

Saat ini tren investasi aset kripto sedang naik daun dan menjadi perbincangan banyak orang, khususnya para milenial. Salah satu kelebihan dari aset kripto adalah sistem keuangan yang tidak terpusat atau Decentralized Finance (Defi). Selama ini kita mengenal sistem keuangan centralized atau terpusat, di mana dengan sistem ini maka seluruh kendali ada pada satu pihak pusat.

Misalnya saja mata uang fiat atau mata uang kertas yang selama ini kita gunakan untuk transaksi dan menjadi alat pembayaran resmi. Di mana, mata uang ini dikendalikan oleh satu pihak terpusat yakni Bank Indonesia sesuai dengan UU No.7 Tahun 2011 tentang mata uang. Namun, ini berbeda dengan aset kripto, karena pengelolaannya sudah dalam bentuk sistem dan sisanya tidak dikendalikan oleh pihak mana pun.

Dalam sistem keuangan terpusat, Bank Indonesia mengendalikan peredaran Rupiah agar nilai tukarnya stabil. Sedangkan aset kripto tidak dikendalikan oleh badan apa pun sehingga perubahan harga murni terbentuk dari supply dan demand di market.

Aset kripto sendiri hanyalah satu aspek dari banyak hal tentang Decentralized Finance atau yang disingkat dengan DeFi. Sistem keuangan tak terpusat alias DeFi ini baru mulai muncul sejak tahun 2017 namun baru naik pamornya di tahun 2020.

Pada Juni tahun 2020 valuasi yang terkunci di sistem DeFi telah mencapai 1 miliar dolar, artinya butuh tiga tahun bagi sistem ini untuk mencapai valuasi USD 1 miliar. Sedangkan kini, berdasarkan DefiPulse, total valuasi yang dikunci di sistem DeFi per Juli 2021 telah mencapai USD 63,48 miliar.

Apa Itu DeFi?

DeFi menjadi tren di dunia aset kripto sejak 2020 karena bisa menghasilkan pendapatan berkali-kali lipat dan jadi sumber penghasilan pasif juga. DeFi didefinisikan sebagai sebuah sistem yang menyajikan layanan terbuka, transparan dan aman, tanpa melibatkan pihak ketiga sebagai otoritas terpusat yang mengendalikan.

DeFi menggunakan teknologi smart contract yang memungkinkan developer membangun fungsionalitas yang canggih.

Mengenal Teknologi Smart Contract yang Digunakan DeFi

Smart Contract atau kontrak pintar adalah protokol transaksi terkomputerisasi yang dibuat untuk mengeksekusi, mengendalikan atau mendokumentasikan secara otomatis dan legal atas tindakan yang diikat dalam kontrak atau perjanjian. Misalnya, kamu mengadakan taruhan negara mana yang akan mendapatkan medali Olimpiade terbanyak tahun 2021. Lalu kamu membuat perjanjian yang diikat secara otomatis dan sah dengan menggunakan smart contract.

Misalnya perjanjiannya adalah pihak yang menang akan mendapatkan seluruh uang yang dipertaruhkan oleh pihak yang kalah, keuntungan akan dibagi rata untuk semua pemenang. Nah karena sudah diikat oleh smart contract maka begitu hasilnya keluar, dana pihak yang kalah akan langsung secara otomatis diberikan kepada yang kalah.

Kamu bisa melakukan hal-hal semacam itu dengan bantuan aplikasi keuangan terdesentralisasi atau dApps. Dapps atau DeFi applications tersebut membolehkan pengguna memegang kendali penuh atas aset-aset mereka. Kamu bisa melakukan trading token dan koin, staking, memberikan jasa pembiayaan alias peminjaman, dan jasa pengelolaan tabungan.

Mengenal dApps atau Decentralized Apps

Dapps atau decentralized application adalah aplikasi-aplikasi yang berfokus pada finansial. Namun seluruh aplikasi tersebut decentralized, artinya tidak ada otoritas yang berwenang penuh atas aplikasi tersebut.

Sehingga, seluruh aktivitas yang memanfaatkan blockchain technology dan terotomatisasi memanfaatkan smart contract. Smart Contract akan mengatur suku bunga (interest rates), deposit, dan perjanjian yang mengikat kedua belah pihak yang bertransaksi. 

Smart Contracts tidak akan dapat dibatalkan begitu saja jika terjadi krisis atau excuse apa pun karena terotomatisasi dan tidak tunduk pada otoritas pusat manapun. Smart Contract bersifat global dan transparan dengan proses pembuatan kontrak yang lebih sederhana dan fleksibel.

Baca juga: Apa itu Ethereum: Pengertian, Cara Kerja, dan Kelebihannya

Cara Mendapat Penghasilan dari DeFi Aset Kripto

Nah, setelah memahami mengenai Decentralized Finance, apakah kamu tertarik untuk masuk ke dalam dunia tersebut. Menggunakan DeFi atau aset kripto lainnya bisa memberikan kamu penghasilan. Apa saja yang bisa kamu lakukan dengan DeFi aset kripto?

1. Collateralized Lending – Pinjaman Beragunan.

Ada beberapa proyek DeFi yang merupakan platform pinjam-meminjam. Sehingga, jika kamu melakukan investasi kedalamnya, maka aset kamu akan dimanfaatkan untuk memberikan pinjaman dan kamu bisa mendapatkan bunganya. Jadi ada banyak orang di dunia ini yang sedang membutuhkan dana cepat namun tidak mau menjual aset kriptonya.

Mereka akan mencari pinjaman dengan menjaminkan aset kripto mereka. Kontrak smart yang dijalin adalah ketika nasabah gagal bayar di waktu yang disepakati, maka aset kripto yang mereka jaminkan dapat menjadi milik kamu.

Untuk memulainya, kamu bisa cek proyek-proyek DeFi yang menawarkan program peer to peer lending melalui DefiPulse.com. Ada beberapa proyek DeFi crypto yang sedang tren yaitu Compound, Aave, dan Maker.

Masing-masing proyek punya smart contract sendiri, pastikan kamu membaca dengan teliti sistem kontrak yang akan dijalin dengan kamu dan nasabah jika kamu berpartisipasi nanti dan risikonya bagaimana. Kamu juga mesti pelajari proyeknya tentang apa supaya kamu mengerti. Kamu bisa pelajari lebih lanjut mengenai sistem lending di defipulse.com dan loanscan.com

2. Staking

Kamu juga bisa mendapat keuntungan dengan cara staking. Staking adalah berpartisipasi aktif dalam memvalidasi transaksi dalam blockchain Proof of Stake. Algoritma teknologi ini akan membuat aset kamu berkembang dengan menguncinya di wallet untuk jangka waktu tertentu.

Kamu membutuhkan validator atau staker untuk bisa terhubung dan setelah kamu memenuhi persyaratan, kamu bisa mulai untuk melakukan staking.

3. Trading, Saving, dan sebagainya

Kamu juga bisa mengikuti kegiatan trading token dan koin, menabung untuk dikelola orang dan memperoleh bunga, juga bisa menukar koin dengan koin lainnya di Decentralized Exchange (DEX).

Baca juga: Apa Itu (MATIC) Polygon: Pengertian, Cara Kerja, dan Kelebihannya

Bedanya DeFi dengan CeFi atau Keuangan Terpusat

Misalnya mengenai lending, untuk dapat meminjam uang di bank kamu harus tunduk pada proses KYC (Know Your Customer) seperti menyerahkan fotokopi KTP, mengisi formulir, dan menyerahkan agunan dan ada biaya provisi. Prosesnya lebih ribet dan jam operasional terbatas dari jam 9 pagi hingga jam 3 atau 4 sore.

Sedangkan di dApp lending yang terdesentralisasi tidak memerlukan KYC, kamu hanya perlu menyerahkan collateral alias agunan untuk bisa meminjam 60% dari collateral kamu. Selanjutnya smart contract akan bekerja dalam sistem yang mengikat kedua belah pihak.

Bank konvensional juga berperan sebagai perantara transaksi kita dengan orang lain yang menggunakan jasa perbankan juga. Bank akan memantau data transaksi nasabah-nasabahnya dan mengutip biaya administrasi setiap bulan dan biaya transfer antar bank. Karena ada libatan manusia, maka tak 100 persen aman.

Aset Decentralized Finance juga Bisa Bangkrut

Jika ketentuan yang diikat dalam smart contract digarap asal-asalan maka bisa jadi aktivitas yang dilakukan berlandaskan kontrak tersebut merugi. Misalnya saja token Titan, token DeFi buatan Iron Finance yang beroperasi di jaringan Polygon.

Dalam sehari harga token Titan jatuh menjadi $0 dari semula $52 per token. Oleh sebab itu, kamu harus teliti membaca kontrak di dApp yang kamu ikuti. Jangan sampai ketentuan yang ditetapkan tidak masuk akal atau kurang menguntungkan. 

Artikel Terkait