Jika Kamu mengikuti perkembangan berita bisnis atau keuangan, atau bahkan lebih jika Kamu aktif mengikuti berita teknologi, maka hampir tidak mungkin untuk tidak mendengar tentang kata Web3, atau Web 3.0, yang diproyeksikan menjadi generasi dari Internet selanjutnya.
Lalu, apa sebenarnya Web3 itu? Apa perbedaannya dengan generasi internet sebelumnya? Yuk, baca artikel ini untuk menemukan jawabannya!
Apa itu Web3?
Web3 atau Web 3.0 adalah generasi ketiga dari evolusi teknologi web. Web, juga dikenal sebagai World Wide Web yang merupakan lapisan dasar bagaimana internet digunakan dengan menyediakan layanan situs web dan aplikasi yang kita sering gunakan sampai sekarang.
Web 3.0 adalah internet terdesentralisasi generasi berikutnya yang bertujuan memberikan pengalaman yang lebih personal dan interaktif, sekaligus memberi pengguna lebih banyak kontrol atas data pribadi dan privasi mereka.
Disamping itu, Web 3.0 akan memiliki penekanan kuat pada aplikasi terdesentralisasi dan memanfaatkan teknologi berbasis blockchain secara ekstensif.
Web 3.0 juga akan menggunakan teknologi Machine Learning dan Artificial Intelligence (AI) untuk membantu memberdayakan aplikasi yang lebih cerdas dan adaptif.
Web generasi baru ini mencakup banyak fitur dan penyempurnaan baru. Yang utama di antaranya adalah antarmuka yang lebih ramah pengguna, peningkatan keamanan, dan tingkat privasi yang lebih tinggi. Selain itu, Web 3.0 memudahkan pengguna untuk menemukan informasi yang mereka butuhkan dan membaginya dengan orang lain.
Sejarah Internet
1. Web 1.0 read-only web:
Awal pertama kali diciptakan oleh Berners-Lee kira-kira antara tahun 1990 hingga 2004. Web 1.0 sebagian besar adalah situs web statis yang dimiliki oleh perusahaan, dan hampir tidak ada interaksi antara pengguna, karena itu dikenal sebagai read-only web.
Versi web pertama dibuat pada awal 1990-an dan hanya diperbolehkan untuk halaman web HTML statis yang dapat dilihat dengan browser. Fase ini diarahkan untuk mempublikasikan informasi dan membuatnya tersedia bagi banyak orang.
2. Web 2.0 read-write web:
Periode Web 2.0 dimulai pada tahun 2004 dengan munculnya platform media sosial yang berfokus pada interaksi dan kolaborasi. Istilah Web2.0 ini diciptakan oleh Tim O’Reilly pada tahun 2004.
Dengan diperkenalkannya blog, wiki, dan situs media sosial, pengguna web tidak lagi hanya konsumen konten pasif namun mereka sekarang dapat membuat konten dan membagikannya secara online.
Di dalam web 2.0, perusahaan tidak hanya menyediakan konten kepada pengguna, tapi juga mulai menyediakan platform untuk berbagi konten buatan pengguna dan terlibat dalam interaksi ke sesama pengguna platform tersebut.
Karena semakin banyak orang yang online, segelintir perusahaan top mulai mengontrol jumlah lalu lintas dan nilai yang dihasilkan di web secara tidak proporsional. Web 2.0 juga melahirkan model pendapatan yang didorong oleh iklan. Meskipun pengguna dapat membuat konten, mereka tidak memilikinya atau mendapat manfaat dari monetisasinya.
3. Web 3.0 read-write-interact web:
Fase berkelanjutan ketiga dari web difokuskan pada interaksi dan kolaborasi antara manusia dan mesin. Web menjadi semakin cerdas dan mudah beradaptasi dengan munculnya teknologi baru, termasuk web semantik, artificial intelligence dan machine learning. Oleh karena itu, Web 3.0 dianggap sebagai masa depan internet.
Pada tahun 2014 Gavin Wood seorang ilmuwan komputer Inggris, salah satu pendiri Ethereum dan pencipta Polkadot dan Kusama merupakan orang yang menciptakan istilah Web3 untuk pertama kalinya. Pada dasarnya Web3 mengacu pada ekosistem online terdesentralisasi berbasis teknologi blockchain.
Platform dan aplikasi yang dibangun di Web3 tidak diatur oleh otoritas terpusat, melainkan oleh pengguna, yang akan mendapatkan kepemilikan mereka dengan membantu mengembangkan dan memelihara layanan tersebut.
Elemen Elemen Web 3.0
1. Semantic Web
Web 3.0 melibatkan beberapa elemen, dan yang pertama adalah web semantik. Web semantik meningkatkan teknologi web untuk menghasilkan, berbagi, dan menghubungkan konten melalui pencarian dan analisis berdasarkan kemampuan untuk memahami arti kata, bukan pada kata kunci atau angka.
2. Artificial Intelligence
Artificial intelligence menggabungkan kemampuan komputer atau robot yang dikendalikan oleh komputer untuk melakukan tugas-tugas yang biasanya dilakukan oleh manusia. Di Web 3.0, komputer dapat memahami informasi seperti manusia untuk memberikan hasil yang lebih cepat dan lebih relevan. Mereka menjadi lebih cerdas untuk memenuhi kebutuhan pengguna.
3. Grafik 3D
Grafik 3D ini digunakan secara luas di web dan layanan internet. Nantinya grafik 3D akan diterapkan di panduan museum, game komputer, e-Commerce, konteks geospasial, maps dan lain-lain.
4. Konektivitas
Dengan Web 3.0, informasi lebih terhubung berkat metadata semantik. Manfaatnya, pengalaman pengguna berkembang ke tingkat konektivitas lain yang memanfaatkan semua informasi yang tersedia.
5. Ubiquity
Konten dapat diakses oleh banyak aplikasi, setiap perangkat terhubung ke web, layanan dapat digunakan di mana saja.
6. Blockchain
Kegunaan blockchain adalah untuk mengamankan data pengguna dan dienkripsi. Hal ini akan mencegah oknum atau perusahaan besar mengendalikan data pribadi pengguna dengan tujuan mencari keuntungan.
Mengapa Web 3.0 Penting?
1. Ownership
Web 3.0 memberimu kepemilikan atas aset digitalmu. Sebagai end-user atau pengguna akhir, kamu bisa memiliki kepemilikan penuh atas data-datamu dengan Web 3.0 yang disediakan oleh blockchain.
Data yang dikirimkan melalui network sudah terenskripsi dan pengguna bisa menentukan informasi apa saja yang ingin mereka bagikan ke perusahaan iklan untuk dimonetisasi.
2. Anti Monopoli dan Perlindungan Data
Web 3.0 menghadirkan perlindungan untuk data-datamu. Hal tersebut karena jaringan ini menggunakan sistem operasi yang tidak terdesentralisasi.
Dengan ini, insiden kebocoran data pribadi kita di internet bisa dikurangi karena pengguna sudah memiliki kontrol penuh atas bagaimana data mereka dapat dilihat di internet.
3. Transparan
Salah satu aspek terpenting dari Web 3.0 adalah sifatnya yang terdesentralisasi yang akan memungkinkan pengguna untuk melacak data mereka dan melihat kode sumber dari platform yang mereka putuskan untuk digunakan.
Kamu tidak perlu bergantung pada perantara untuk mengakses data ini. Itu berarti tidak ada entitas atau otoritas terpusat yang mengendalikan atau mengatur.
Jadi siapapun dapat bergabung dan berpartisipasi dalam jaringan tanpa perlu melihat latar belakang seperti, jenis kelamin, pendapatan, geografis dan faktor sosial lainnya.
4. Kemudahan Transaksi
Infrastruktur pembayaran dalam Web 2.0 pada umumnya melalui proses bank. Namun, Web3 memungkinkan pembayaran menggunakan aset kripto yang menggunakan teknologi blockchain yang dapat diterima dan dikirim dari mana saja oleh siapa saja tanpa melalui perantara.
Baca juga: Apa itu Stablecoin dan Apa Saja Jenisnya?
Kekurangan Web 3.0
1. Aksesibilitas
Web3 cenderung sulit diimplementasikan di beberapa di negara. Meskipun Web3 memiliki banyak kelebihan, teknologi Web3 tidak sepenuhnya siap untuk diterapkan secara lebih luas. Banyak aspek perlu untuk ditingkatkan seperti dalam peraturan, keamanan dan kebutuhan pengguna.
2. Edukasi
Web3 diperkenalkan sebagai generasi teknologi baru yang memerlukan waktu untuk mempelajari model yang berbeda dari yang digunakan di Web2.0.
Jadi akan perlu waktu untuk pengguna mempelajari teknologi termasuk bahasa pemrograman yang berbeda dari teknologi sebelumnya. Beserta istilah baru yang ada di dalam web3 khususnya blockchain dimana hal tersebut sebelumnya tidak ada di dalam era Web 1.0 dan Web 2.0.
3. Penerapan yang Rumit
Web 3.0 merupakan teknologi baru sehingga berpotensi akan membuat pengguna baru mengalami kesulitan untuk menerapkannya. Artificial Intelligence, Machine Learning dan Blockchain merupakan bagian dari Web3.
Tentunya alat atau device yang mumpuni untuk mengadopsi teknologi Web3 tersebut juga cenderung mahal, sehingga sulit bagi kalangan individu untuk melakukan hal tersebut.