Investor Pemula

Bank Sentral Dunia Berencana Terbitkan Mata Uang Digital

Sumber: menara62.com

Ajaib.co.id – Awal tahun 2020 ini enam pemimpin bank sentral dunia sempat mengadakan penelitian bersama mengenai masa depan uang, terutama terkait pengembangan mata uang digital. Hal ini terus jadi perbincangan hangat dalam dunia industri blockchain saat ini. Dalam kesepakatan membahas kemungkinan penerbitan mata uang kripto. Langkah tersebut sebagai respon bank sentral dalam menghadapi digitalisasi dengan cepat supaya tetap relevan.

Keenam bank sentral tersebut berasal dari Inggris, zona Eropa, Kanada, Jepang, Swedia, dan Swiss yang rencananya akan mengadakan pertemuan pada bulan April 2020. Agenda yang akan dibahas bersama Bank Penyelesaian Internasional adalah cara merampingkan penyelesaian lintas batas serta masalah keamanan ekonomi. Sayangnya pertemuan tersebut tertunda lantaran bulan Maret muncul wabah virus Corona yang melanda seluruh dunia. Dampaknya sebagian negara menerapkan lockdown untuk mengurangi penyebaran virus sehingga berpengaruh terhadap ekonomi global.

Tiongkok Pelopor Penerbitan Mata Uang Digital

Bank sentral dunia sejatinya ingin mempercepat proses dalam menerbitkan mata uang digital ciptaan mereka sendiri yang disebut Central Bank Digital Currency (CBDC). Sementara sistemnya akan menggunakan blockchain sebagai platform-nya, sama seperti yang dilakukan Bitcoin. Di kawasan Asia, perkembangan blockchain dan mata uang digital masih terpusat di wilayah Asia Timur yang notabene negara-negara nya sudah maju seperti Jepang, Korea Selatan, Tiongkok, dan lainnya. Namun, dalam hal ini Tiongkok yang paling banyak mendapat sorotan terkait perkembangan blockchain di negaranya. Atau bisa dikatakan Tiongkok muncul sebagai pelopor dalam upayanya menerbitkan mata uang digitalnya sendiri.

Hal tersebut tak lepas dari ambisi Tiongkok yang ingin jadi negara terdepan di dunia yang mengadopsi blockchain. Bahkan rencana tersebut sudah mendapat dukungan dari pemerintah dan juga presiden Xi Jinping. Tak main-main, Tiongkok juga punya rencana jangka panjang untuk bisa menjadi pemimpin dunia di AI pada 2030 mendatang. Jika dibandingkan dengan bank-bank sentral lainnya, People’s Bank of China (PBOC) secara terang-terangan menyatakan bahwa bank sentral Tiongkok siap merilis mata uang digital ciptaannya sendiri. Di sisi lain, bank sentral dunia juga tengah melakukan pengawasan terhadap mata uang kripto bernama Libra milik Facebook. Mereka khawatir bahwa Libra akan mengancam stabilitas mata uang kertas di masing-masing negara. Selain itu, Libra juga berpotensi membuat biaya transaksi lebih murah sehingga bank sentral dituntut untuk melakukan upaya lebih jauh terhadap pengembangan teknologi digital.

Bank Sentral Sudah Rumuskan Masa Depan Uang

Sementara itu meningkatnya kesadaran masyarakat dan ketergantungan akan kehadiran mata uang kripto membuat bank sentral mengambil langkah cepat terhadap masa depan uang. Apalagi nilai aset kripto saat ini terus meroket, yang berarti masyarakat cenderung menilai positif mata uang elektronik. Di masa depan nanti kemungkinan akan ada alternatif investasi lain berupa stable coin yang juga punya underlying asset layaknya mata uang lokal.

Di Tiongkok, penerbitan mata uang digital mereka sendiri sudah dirumuskan dalam waktu 5 tahun terakhir. Nantinya People’s Bank of China dan juga bank komersial akan ditunjuk sebagai penerbit yang sah. Mata uang tersebut juga tidak akan bergantung pada teknologi blockchain sepenuhnya seperti Bitcoin. Ide serupa juga dimiliki oleh Swedia yang sedang mengeksplorasi kemungkinan mata uang elektronik untuk diterbitkan di negara tersebut sebagai alternatif mata uang kertas.

Akan tetapi, penerbitan mata uang digital oleh bank sentral masih menimbulkan tanda tanya dalam realisasinya. Permasalahannya adalah keuntungan dan manfaat bagi bank sentral jika diterbitkan. Sebab, pada dasarnya ada perbedaan antara penerbitan mata uang kripto bank sentral dengan cryptocurrency. Meski begitu penggunaan mata uang elektronik bank sentral dapat berpotensi melakukan peningkatan kecepatan dan menekan biaya.

Makin Populer di Tengah Resesi Ekonomi Dunia

Di Indonesia sendiri, mata uang kripto jadi salah satu instrumen investasi favorit. Selain itu, mata uang digital juga tengah berkembang pesat sebagai alternatif transaksi non-tunai, contohnya seperti pengiriman uang antar negara (cross-border transaction). Penyebabnya tak lain karena masyarakat Indonesia sudah mulai sadar akan perkembangan teknologi dan ekonomi ke arah digitalisasi. Transaksi menggunakan teknologi blockchain yang terdesentralisasi diyakini mampu jadi solusi berbagai masalah yang dihadapi sistem keuangan konvensional saat ini.

Sementara aturan regulasi mata uang kripto di Indonesia telah diatur dalam peraturan Bappebti No. 5 Tahun 2019 mengenai pengakuan aset kripto sebagai komoditas yang dapat diperjualbelikan di bursa berjangka. Bitcoin tak dipungkiri masih menjadi mata uang digital yang paling diminati, terlebih pada saat harga-harga saham sedang sakit akibat dampak pandemi  COVID-19. Berbeda dengan Bitcoin yang justru nilainya semakin melesat tajam.

Semakin tingginya nilai mata uang digital saat ini tentu menarik minat masyarakat untuk berinvestasi di kripto exchange. Menyadari hal tersebut, pemerintah Indonesia lebih gencar mendata berbagai perusahaan perantara perdagangan aset kripto exchange ini. Tujuannya adalah untuk memastikan perusahaan tersebut tercatat secara legal dan formal di Indonesia sehingga dapat melakukan kegiatan ekonomi yang sah. Berdasarkan informasi dari situs resmi Badan Pengawas Berjangka Komoditi (Bappeti), ada 13 perusahaan yang terdaftar per 17 Juli 2020 sebagai rekanan investasi dan calon pedagang fisik antar aset kripto.

Melihat perkembangan yang terjadi, sepertinya akan jadi petualangan baru bagi masyarakat untuk mengenal mata uang digital yang bakal diterbitkan bank sentral dunia. Namun, siapkah Indonesia menghadapi perubahan tersebut? Mau tidak mau kita harus siap jika mata uang digital diterbitkan.

Artikel Terkait