Berita

The Fed Diyakini Tahan Suku Bunga Meski Inflasi Naik, Bitcoin Menguat

honeyminer

Bitcoin telah bergerak menguat dalam 4 hari terakhir dimana berhasil mencapai area resistance terdekatnya di angka $26.800 pada Kamis malam (14/9) setelah sempat turun tajam ke angka $24.904 pada Senin (11/9). 

Melansir dari CoinMarketCap pada Jumat (15/9) pukul 08.36 WIB  Bitcoin naik sebesar 0,96% bertengger di angka $25.505, kenaikan Bitcoin juga diikuti mayoritas aset kripto selain Bitcoin atau sering disebut dengan altcoins. Aset kripto seperti XRP naik 1,87% menjadi $0,4918, Tron (TRX) naik 1.94% menjadi $0,0833 dan Cosmos (ATOM) naik 3.87% menjadi $6,83. 

Bitcoin menguat di tengah inflasi Amerika Serikat mengalami kenaikan, namun pasar tampaknya memandang kenaikan harga energi hanya bersifat sementara, terutama untuk bensin, yang menunjukkan kenaikan bulanan sebesar 10,6%. Meskipun biaya bensin merupakan pengeluaran terbesar kedua bagi rumah tangga, harga-harga mengalami penurunan setiap tahunnya.

Inflasi yang tinggi ini justru tidak merubah ekspektasi  para pelaku pasar bahwa The Fed akan menaikan suku bunganya di rentang 5,25-5,50%. Hal ini tercermin dari perangkat FedWatch bahwa sebanyak 97% pelaku pasar memperkirakan The Fed menaikan suku bunganya.

Pekan kedua bulan September, Amerika Serikat (AS) merilis serangkaian data ekonomi yang menjadi perhatian pelaku pasar untuk mencari petunjuk selanjutnya terkait kebijakan suku bunga Federal Reserve bulan ini pada FOMC 19-20 September 2023. Menurut catatan Biro Statistik Tenaga Amerika, indeks harga konsumen (IHK) AS selama bulan Agustus 2023 naik jadi 3,7 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), Rabu (13/9/2023).

AS mengumumkan inflasi sebesar 3,7% secara tahunan (year-on-year/YoY) pada Agustus 2023, naik dari inflasi pada bulan sebelumnya sebesar 3,2% YoY. Inflasi tersebut adalah yang tertinggi dalam tiga bulan terakhir dan hampir dua kali lipat lebih tinggi dari target bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed). 

Kenaikan inflasi tersebut menjadi yang kedua kali dalam setahun terakhir, setelah dalam 12 bulan berturut-turut mencatatkan penurunan indeks harga konsumen (IHK).

Nilai inflasi tersebut juga lebih tinggi dibandingkan prediksi pasar yaitu naik sebesar 3,6% YoY. Sementara inflasi inti berhasil mencapai sesuai ekspektasi ke 4,3% YoY dibandingkan periode bulan sebelumnya sebesar 4,7%.

Sementara, data indeks harga produsen (IHP) di AS mengalami peningkatan terbesar dalam lebih dari satu tahun pada bulan Agustus karena melonjaknya harga bensin, yang merupakan indikasi terbaru bahwa jalan menuju inflasi yang rendah tidak akan merata.

Departemen Tenaga Kerja mengatakan pada Kamis (15/9), Indeks harga produsen untuk permintaan akhir naik 0,7% bulan lalu, kenaikan terbesar sejak Juni 2022. Data bulan Juli direvisi sedikit naik dan menunjukkan IHP naik 0,4% dibandingkan laporan sebelumnya sebesar 0,3%. Sedangkan, Secara tahunan, IHP tersebut meningkat 1,6% dibandingkan perkiraan kenaikan 1,2%.

Adapun, di hari yang sama pada Kamis (14/9) data Penjualan ritel meningkat lebih besar dari perkiraan pada bulan Agustus karena harga bensin yang lebih tinggi,penjualan ritel AS meningkat sebesar 0,6% dibandingkan ekspektasi pasar sebesar 0,2%.

Sementara klaim awal tunjangan pengangguran Amerika Serikat (AS) meningkat menjadi 220.000 yang disesuaikan secara musiman untuk pekan yang berakhir 9 September dari 217.000 pada minggu sebelumnya.

Melansir dari Reuters, lonjakan inflasi dibulan Agustus terjadi dampak dari krisis pasokan bahan bakar minyak (BBM) usai sejumlah negara OPEC+ memperketat kebijakan ekspor minyak mentah.

Seperti pemerintah Arab Saudi yang memperpanjang pemotongan produksi minyak sebesar 1 juta barel per hari hingga akhir Oktober 2023, dengan dalih untuk menjaga pasokan minyak tetap ketat.

Langkah serupa juga diambil Rusia yang mengumumkan pemotongan ekspor sebanyak 500 ribu barel per hari (bpd) pada Agustus dan 300 ribu bpd pada September 2023.

Imbas pemangkasan yang dilakukan kedua eksportir minyak terbesar di dunia, stok bahan bakar minyak di kilang Amerika susut jadi 422,9 juta barel.

Jumlah tersebut turun tajam bila dibandingkan dengan persedian minyak di pekan lalu yang mencapai 10,6 juta barel. Tekanan ini yang kemudian membuat para investor memperketat peredaran minyak di pasaran, hingga membuat harga minyak melesat ke puncak tertinggi yakni 3,984 dolar AS per galon dan laju inflasi umum melonjak jauh di atas target bank sentral AS The Federal Reserve.

Source: https://www.reuters.com/markets/us/us-consumer-prices-accelerate-august-gasoline-2023-09-13/

Artikel Terkait