Berita

Indonesia di Peringkat 7 Berdasarkan Indeks Adopsi Kripto Global Chainalysis

Indonesia di Peringkat 7 Berdasarkan Indeks Adopsi Kripto Global Chainalysis

Perkembangan dunia kripto saat ini terus meningkat seiring penggunaannya yang diterapkan oleh sejumlah negara. Tidak heran, analisis mengenai perkembangan kripto terus dilakukan, salah satunya dengan adanya Indeks Adopsi Kripto Gobal Chainalysis. Metode penelitian ini digunakan dengan cara menggabungkan data on chain beserta dunia nyata.

Dengan begitu, dapat diketahui negara mana saja tengah memimpin penerapan kripto berdasarkan tingkat grassroots hingga tataran masyarakat. Uniknya, laporan dari Indeks Adopsi Kripto Global Chainalysis tahun 2023 yang diterbitkan kemarin menunjukkan jika negara Indonesia berada di posisi ke-7 untuk penerapan kripto.

Hal ini jelas meningkat jika dibandingkan dengan laporan Indeks Adopsi Kripto Global Chainalysis tahun lalu yang menunjukkan Indonesia berada di peringkat ke-4.

Pada dasarnya, ada sebanyak 20 negara teratas yang masuk ke dalam indeks tersebut untuk diberikan peringkat berdasarkan penerapannya untuk tingkat grassroots sebanyak 5 sub-indeks dengan menggunakan paritas daya beli per kapita. 

Hanya saja, data Chainalysis menunjukkan bahwa penerapan kripto grassroots yang ada di seluruh dunia tengah menurun dan berada jauh dari puncak tertingginya sepanjang masa. Selain itu, sejumlah negara dengan pendapatan menengah ke bawah alias lower middle income yang pemulihan adopsi kripto untuk grassroots-nya secara lebih kuat.

Ditambah dengan banyaknya orang yang tinggal di sejumlah negara dengan lower middle income jika dibandingkan kategori lainnya yaitu sebesar 40 persen dari jumlah keseluruhan populasi dunia. oleh karena itu, hal ini menjadi sesuatu yang menjanjikan untuk prospek masa depan kripto menurut Chainalysis.

Ada Beberapa Wilayah Kripto di Dunia yang Paling Dinamis

Mengacu pada sejumlah wilayah dengan dominasi peringkat teratas berdasarkan Indeks Chainalysis, maka Asia Tengah, Selatan, serta Osenia alias CSAO adalah beberapa yang dimaksud. Adapun sebanyak 6 dari 10 negara teratas yang ada di wilayah CSAO meliputi India di peringkat ke-1, Vietnam ke-3, Filipina ke-6, Indonesia ke-7, Pakistan ke-8, hingga Thailand ke-10. 

Sementara untuk wilayah di luar itu seperti Nigeria di peringkat 2, Amerika Serikat ke-4, Ukraina ke-5, hingga Brasil di peringkat 9 sebagai 10 besar negara yang masuk ke Indeks Adopsi Kripto Global Chainalysis.

Berdasarkan volume transaksi mentah, wilayah CSAO menjadi market kripto terbesar ketiga dengan jumlah 19,3 persen total aktivitas kripto global. Hal ini karena sejumlah negara di dalamnya memiliki kebutuhan ekonomi secara luas dan unik.

Untuk penerapan kripto di wilayah CSAO juga sangat beragam dengan decentralized finance alias DeFi memiliki peran lebih besar mencapai lebih dari 50 persen dari volume transaksi regional untuk periode Juli 2022 sampai Juni 2023. Lalu, untuk adopsi institusional meningkat hampir 70 persen total volume transaksi berupa transfer mencapai lebih dari 1 juta USD.

Hal ini salah satunya adalah negara Filipina dengan pangsa besar untuk lalu lintas web mengenai kripto seperti platform game dan perjudian mencapai 20 persen serta Vietnam sebesar 10 persen. Game play-to-earn alias P2E menjadi salah satu incaran untuk aktivitas berkaitan dengan kripto sehingga Chainalysis menilai hal ini menjadi pintu masuk ekonomi aset digital secara lebih luas. 

Untuk mendapatkan berita menarik lainnya seputar aset kripto, blockchain, NFT, dan Metaverse, kunjungi halaman blog Ajaib Kripto! Ajaib Kripto menghadirkan layanan investasi crypto online yang aman dan terpercaya. Yuk, download aplikasi Ajaib Kripto dengan klik button di bawah ini!

Referensi: Ahmad Rifai, Indeks Adopsi Kripto Global Chainalysis: Indonesia Naik Peringkat ke-7, Beincrypto, diakses terakhir 13 September 2023.

Artikel Terkait