Contagion effect merupakan sebuah istilah yang bukan pertama kali diciptakan oleh industri crypto. Namun, istilah ini hadir menggambarkan kondisi dunia crypto baru-baru ini dan beberapa tahun kebelakang. Apa yang dimaksud efek contagion dan bagaimana hal tersebut bisa menggambarkan kondisi ekonomi khususnya crypto saat ini?
Apa Itu Contagion Effect
Secara bahasa, “contagion” memiliki arti penularan. Begitu pula dalam hal finansial atau ekonomi, contagion effect memiliki arti bagaimana sebuah krisis atau guncangan ekonomi yang dimulai di sebuah institusi, pasar, ataupun negara mempengaruhi institusi, pasar, maupun wilayah lainnya. Hal ini dapat terjadi secara domestik (lokal) maupun internasional.
Istilah ini sudah beberapa kali digunakan dalam dunia finansial baik crypto sekalipun. Kata “contagion” berasal dari epidemiologi, sebuah cabang kedokteran yang berfokus dan mempelajari tentang penyebaran penyakit.
Para ekonom diketahui mulai menggunakan istilah Contagion setelah mata uang Thailand (baht) runtuh pada Juli 1997. Kejadian tersebut kemudian dikenal sebagai Krisis Keuangan Asia 1997. Krisis keuangan ini kemudian menyebar melalui Asia Timur menuju Rusia dan pada akhirnya Amerika Selatan juga ikut terkena dampaknya.
Tidak hanya itu saja, contagion effect juga terjadi di krisis Eropa, krisis keuangan global, maupun guncangan ekonomi global yang disebabkan oleh adanya pandemi Covid-19.
Selain itu, pasar crypto juga cukup mengalami guncangan dan penurunan yang cukup signifikan baru-baru ini.
Contagion Effect dalam Pasar Crypto
Pasar crypto sedang mengalami guncangan yang cukup besar saat ini. Mata uang Bitcoin yang menjadi induk dari crypto mengalami penurunan yang signifikan. Bitcoin mencapai harga tertingginya yaitu sekitar $68.789 USD pada 10 Juni 2021 lalu dan beberapa bulan setelahnya terus mengalami penurunan sampai pada bulan November 2022 berada di angka $15.000 USD.
Bangkrutnya FTX
Penurunan tersebut diperparah oleh berita bangkrutnya salah satu raksasa crypto FTX yang merupakan bursa crypto terbesar ketiga di dunia dari segi volume perdagangan. Para investor khawatir bahwa bangkrutnya FTX akan mengakibatkan contagion effect yang mempengaruhi kondisi pasar crypto.
Benar saja, sejak saat itu para investor melakukan aksi jual dan menyebabkan harga Bitcoin turun sampai angka $15.000 USD. Tidak hanya Bitcoin yang terdampak, hampir semua aset kripto lain seperti Ethereum, Dogecoin, dan yang lainnya ikut terdampak.
Tidak hanya sampai disitu, beberapa analis beranggapan bahwa bangkrutnya FTX akan menimbulkan efek yang tidak hanya dirasakan pada industri crypto saja, melainkan termasuk perbankan dan pasar modal.
Beredar beberapa informasi bahwa penyebab dari bangkrutnya FTX adalah manajemen yang tidak baik atau penyalahgunaan dana investor dan gagalnya kesepakatan bahwa FTX akan diakuisisi oleh Binance. FTX memiliki kewajiban sekitar $10-50 miliar USD kepada 100 ribu kreditur.
Hal tersebut tentunya memicu kemungkinan domino effect pada para investor yang memiliki transaksi atau berhubungan dengan FTX.
Anjloknya Terra Luna
Beberapa bulan sebelum runtuhnya FTX, tepatnya pada awal Mei 2022, ada sebuah kejadian yang cukup menggemparkan dunia crypto yaitu anjloknya harga dan kolapsnya algoritma aset kripto Terra Luna. 75% dari total sirkulasi Terra Luna diadakan dalam sebuah sistem peminjaman yang dinamakan anchor protocol.
Pemegang aset kripto Terra Luna diberikan kompensasi berupa bunga tetap sebesar 19,8%. Nilai ini tentunya dinilai kurang realistis dan tidak berkelanjutan. Setelah itu, muncul rumor bahwa suku bunga tetap yang diberikan oleh Terra akan diganti dengan suku bunga variabel. Hal ini menyebabkan banyak orang bersama-sama melakukan aksi jual Terra dan membuat harga Terra anjlok sangat drastis.
Hal tersebut memiliki dampak negatif termasuk terhadap aset kripto stablecoin lainnya. Tether, salah satu stablecoin terbesar ini sempat mengalami penurunan hingga 94 cents per kepingnya. Stablecoin ini sebelumnya mengikuti harga USD dengan rasio sebesar 1:1.
Pengaruh 3AC
Ada satu hal lagi yang dapat memperburuk pasar crypto yaitu keberadaan perusahaan Three Arrows Capital (3AC) sebagai perusahaan dana lindung nilai aset kripto. Perusahaan ini tidak memiliki pelanggan ritel dan banyak meminjam dari platform pinjaman crypto seperti Voyager dan Celcius. Sebagian dari pinjaman itu juga merupakan milik pelanggan mereka.
3AC menggunakan sebagian uang pinjaman itu untuk diinvestasikan pada perusahaan startup dan ratusan juta dolar ditanam untuk investasi project crypto, seperti pada Terra Luna. 3AC menginvestasikan setidaknya $200 juta USD di Terra. Ketika Terra jatuh, 3AC pun mengalami kerugian yang sangat besar dan sebagai dampaknya, perusahaan ini tidak dapat membayar atau melunasi seluruh krediturnya.
Apakah Contagion Effect dalam Crypto Berpengaruh pada Keuangan Tradisional?
Beberapa pengawas keuangan di Amerika dan Eropa meremehkan risiko dari beberapa kejadian diatas yang meluas ke pasar keuangan tradisional dan mengatakan bahwa tindakan mereka telah melindungi bank dari penurunan di dunia crypto dan tidak akan menciptakan contagion effect.
Pejabat pengawas mata uang AS, Michael Hsu mengatakan bahwa penularan atau contagion ini belum menyebar ke sektor keuangan tradisional dan perbankan. Ia juga menambahkan bahwa sebagian dari hal ini disebabkan karena fokus dari regulator perbankan federal yang berkelanjutan.
Selain itu, pejabat Securities and Exchange Commission (SEC) juga mengatakan tidak ada tanda bahwa aksi jual crypto memicu arus uang dari para investor yang mencari pembelian kembali sekuritas tradisional untuk menutupi kerugian pada aset kripto.
Saat ini, belum ada informasi mengenai lembaga keuangan tradisional yang terkena dampak dari kejadian yang terjadi pada aset kripto. Hal ini juga disebabkan karena minimnya keterlibatan lembaga-lembaga tersebut dengan transaksi crypto. Belum ada risiko sistemik yang signifikan bagi bank atau lembaga keuangan, setidaknya untuk saat ini.
Tidak ada yang pasti dalam dunia crypto. Seiring perkembangan dan pertumbuhannya, ada kemungkinan bahwa pasar crypto akan memiliki pengaruh yang lebih besar ke lembaga keuangan dan dapat menciptakan contagion effect yang mungkin saja membuat sistem keuangan global runtuh.