Berita

Indonesia Mempertimbangkan Skema Perdagangan Karbon Bertenaga Blockchain

Keinginan Indonesia dalam memanfaatkan blockchain untuk kebutuhan alam dilakukan melalui kerjasama antara Bursa Efek Indonesia dengan MetaVerse Green Exchange selaku perusahaan startup teknologi digital exchange. Kesepakatan antara keduanya ini secara resmi dilakukan melalui penandatangan nota kesepahaman atau MoU dalam kerja sama pengembangan skema perdagangan karbon berteknologi blockchain.

MVGX yang memiliki lisensi dan teregulasi Monetary Authority of Singapore bakal membantu BEI untuk membangun skema perdagangan karbon dengan memanfaatkan blockchain sebagai infrastrukturnya dan direncanakan rilis pada 2025 mendatang. Penggunaan teknologi blockchain dari MVGX sendiri bisa membantu pencatatan kinerja pada seluruh proyek ramah lingkungan ini yang nantinya dapat dihubungkan ke daftar kredit karbon.

Setelah itu, daftar kredit karbon ini akan disertifikasi oleh standar yang diakui dalam skala internasional dan memvalidasi jejak karbon sesuai ISO14064-1:2018 Carbon Footprint Verification serta PAS 2060 Carbon Neutrality Verification. Selain itu, kerja sama antara BEI dan MVGX juga didasarkan pada rencana pemerintah Indonesia yang meluncurkan skema dari perdagangan emisi karbon dengan memberikan insentif ke perusahaan domestik pada industri yang memiliki emisi tinggi.

Di mana, tujuannya untuk mendorong setiap perusahaan mengurangi emisi yang dihasilkan pada proses produksi. Mengingat, Indonesia sendiri masuk ke dalam daftar 61 negara dengan adanya regulasi pada penetapan harga karbon dan menyampaikan komitmennya dalam mengurangi emisi dari gas rumah kca mencapai 43 persen di tahun 2030.

Blockchain Bisa Menjadi Solusi Pengurangan Emisi Karbon

Skema perdagangan emisi karbon menggunakan teknologi blockchain sendiri bisa menjadi salah satu solusi atas masalah tersebut yang disebut dengan istilah double-counting problem. Di mana, dua entitas dan pemerintah saling bekerjasama menghadapi permasalahan iklim. Selain itu, skema perdagangan karbon menggunakan teknologi blockchain melalui Ethereum.

Berdasarkan International Monetary Fund, sampai Juli tahun ini sebanyak 46 negara menghitung jumlah emisi melalui pajak karbon dan skema perdagangan karbon. Akan tetapi, perdagangan karbon sendiri tidak bisa dianggap sebagai cara terampuh mengatasi perubahan iklim. Mengingat, mekanisme pemanfaatan emisi karbon sendiri hanya sebatas pengurangan polusi atau mereka harus terlebih dahulu membeli karbon kredit sebagai cara dalam mengimbangi jejak emisi karbon.

Hanya saja, cara ini banyak dikritisi karena mekanismenya seolah-olah membantu pengurangan emisi karbon, namun tidak menjadikannya langkah untuk mengurangi emisi sejak awal. Di samping itu, hal ini tentu tetap menjadi langkah baik dalam mengurangi emisi karbon sebagai salah satu polusi. Kerja sama yang dilakukan MVGX sendiri tidak hanya pada pihak Indonesia saja, namun juga dengan China.

Salah satunya melalui Guizhou Green Finance and Emissions Exchange dan terus berkembang ke Malaysia serta Taiwan yang melakukan kolaborasi pada projek infrastruktur ini.


Sumber:

Untuk mendapatkan berita menarik lainnya seputar aset kripto, blockchain, NFT, dan Metaverse, kunjungi halaman blog Ajaib Kripto! Ajaib Kripto menghadirkan layanan investasi crypto online yang aman dan terpercaya. Yuk, download aplikasi Ajaib Kripto dengan klik button di bawah ini!

Artikel Terkait