Jika kalian pernah melakukan transaksi internasional atau pengiriman luar negeri, kalian pasti pernah mengalami beberapa kesulitan. Misalnya prosesnya yang lama, biaya transaksi yang mahal, mekanisme yang rumit dan batasan waktu pengiriman yang terbatas karena biasanya akan mengikuti waktu jam kerja yang menyesuaikan dengan negara pengirim dan penerima.
Nah, Ripple hadir untuk memberikan solusi atas masalah tersebut.
Ripple memposisikan dirinya sebagai versi terbaru dari sistem pembayaran internasional yang telah lama dipakai oleh lembaga keuangan di banyak negara yaitu SWIFT.
Sejarah Ripple
Software developer Ryan Fugger datang dengan versi pertama Ripple ketika ia mendirikan RipplePay pada tahun 2004. Situs ini memungkinkan orang untuk memberikan insentif kepada orang di komunitas mereka.
Beberapa orang berpendapat hal tersebut menjadikan Ripple sebagai proyek cikal bakal crypto namun dalam penggunaan sistem yang berbeda sebelum hadirnya Bitcoin di tahun 2008, namun saat itu RipplePay belum bisa termasuk dalam kategori aset kripto.
Di tahun 2011, Programmer Jed McCaleb mulai mengembangkan aset kripto XRP dan blockchain. Dia merekrut tim, menemukan investor, dan mendekati Ryan Fugger tentang penggunaan jaringan RipplePay-nya pada tahun 2012. Selanjutnya, Ryan Fugger setuju untuk menyerahkan kendali RipplePay.
Lalu mereka meluncurkan perusahaan mereka dan XRP pada tahun 2012. Perusahaan ini awalnya bernama NewCoin sebelum mengubah nama menjadi OpenCoin dan kemudian menjadi Ripple.
Baca Juga: Apa itu PancakeSwap (CAKE)? Ini Penjelasan dan Fitur-Fiturnya!
Apa itu Ripple?
Ripple Labs, atau lebih akrab dikenal sebagai Ripple adalah perusahaan swasta yang mengembangkan produk untuk bank dan perusahaan keuangan lainnya. Produk utama mereka disebut RippleNet, dan merupakan jaringan pembayaran yang memungkinkan transfer cepat antar lembaga keuangan lintas batas negara.
Infrastruktur pembayaran global saat ini dapat menjadi kompleks, melibatkan biaya tinggi dan memiliki waktu transaksi yang lama. Ripple membayangkan “The Internet of Value” (IoV) di mana nilai dapat ditransfer secepat, andal, dan semurah data melalui Internet saat ini.
Tiga penggunaan teknologi Ripple adalah:
- Memungkinkan bank dan penyedia pembayaran untuk memperluas pasar mereka
- Menyediakan cara untuk mendapatkan likuiditas untuk pembayaran
- Memungkinkan Perusahaan untuk meningkatkan efisiensi modal
Hubungan XRP dan Ripple
Seringkali, beberapa cerita dan artikel merujuk pada Ripple dan XRP secara bergantian. Penting untuk dipahami bahwa mereka bukanlah hal yang sama.
XRP adalah aset kripto, sementara Ripple adalah perusahaan nirlaba yang membantu mempromosikan dan mengembangkan XRP, perangkat lunak di baliknya yaitu XRP Ledger dan banyak proyek yang berfokus pada transaksi lainnya. Namun perusahaan bersikeras bahwa kedua entitas itu terpisah.
XRP adalah aset kripto milik protokol XRP Ledger yang berbasis blockchain dan bersifat terbuka (open-source) yang diluncurkan oleh Ripple pada tahun 2012.
XRP diproyeksikan sebagai alternatif Bitcoin yang lebih cepat dan lebih murah dan digunakan melalui RippleNet. Tujuan utama XRP adalah menjadi semacam jembatan antara mata uang yang berbeda, baik antara aset kripto maupun fiat yang dapat diakses darimana saja.
Terlepas dari kenyataan bahwa Ripple telah membuat XRP Ledger, penting untuk dicatat bahwa XRP Ledger tidak dimiliki oleh Ripple. Tetapi, hingga saat ini Ripple memiliki mayoritas dari semua token XRP yang telah beredar.
Cara Kerja Ripple
Jaringan Ripple tidak berjalan dengan sistem proof-of-work (PoW) seperti Bitcoin atau sistem proof-of-stake (PoS) seperti ETH. Sebagai gantinya, Ripple memiliki teknologi yang disebut XRP Ledger (XRPL) di mana transaksi diproses menggunakan teknologi distributed ledger database untuk memvalidasi saldo akun dan transaksi pada sistem.
Teknologi tersebut bekerja untuk meningkatkan integritas sistem dengan mencegah pengeluaran ganda atau double spending.
Ripple beroperasi secara open-source dan peer-to-peer yang memungkinkan transfer uang tanpa batas dalam bentuk apa pun, baik itu dolar, yen, euro, atau aset kripto, seperti litecoin atau bitcoin. Ripple diproyeksikan sebagai jaringan pembayaran global dan dapat diandalkan oleh lembaga keuangan dunia karena produk XRP bekerja untuk memfasilitasi konversi cepat antara mata uang yang berbeda.
Untuk memverifikasi transaksi, XRP menggunakan sistem konsensus yang melibatkan beberapa server milik bank. Validator memverifikasi bahwa transaksi yang diusulkan valid dengan membandingkannya dengan versi terbaru dari distributed ledger database (XRP Ledger). Sebuah transaksi harus diterima oleh mayoritas validator untuk diverifikasi.
Kegunaan XRP
Perusahaan Ripple menggunakan XRP untuk memfasilitasi penyelesaian pembayaran, pertukaran aset, dan pengiriman uang di sejumlah produk mereka.
Ketika XRP diluncurkan pada 2012, semua XRP yang pernah ada diproduksi sekaligus pasokan 100 miliar XRP dengan jumlah XRP yang beredar hingga saat ini yang telah mencapai 50 Miliar XRP.
Tidak seperti Bitcoin, yang didistribusikan dengan cara mining, XRP telah didistribusikan di pasar oleh Ripple Labs yang telah menjual XRP ke pasar secara berkala sejak tahun 2012. XRP didistribusikan sebagai berikut:
- 20% (20 miliar XRP) diberikan kepada pendiri XRP.
- 80% (80 miliar XRP) diberikan kepada Ripple.
Jika dilihat dari persentase kepemilikan Ripple memang mengontrol sebagian besar dari semua XRP.
Dari 2012 hingga 2022, Ripple telah menjual sebagian kepemilikannya yang besar di berbagai bursa kripto dan ke lembaga keuangan, dan inilah cara XRP baru didistribusikan di pasar.
Baca Juga: Mengenal Chainlink (LINK) dan Cara Kerjanya
Kelebihan dan Kekurangan Ripple
Kelebihan
- Pembayaran yang cepat, efisien, dan transparan dengan alat likuiditas tambahan untuk membantu merampingkan proses penyelesaian.
- Kecepatan penyelesaian XRP lebih cepat daripada Bitcoin atau Ethereum.
- Skalabilitas yang terus meningkat jaringan XRP dapat menangani hingga 1.500 transaksi per detik.
- Sistem pembayaran mata uang lintas batas telah menarik lebih dari 100 lembaga keuangan termasuk bank ke jaringannya.
Kekurangan
- RippleNet tidak sepenuhnya terdesentralisasi dibandingkan dengan blockchain publik lainnya.
- Protokol konsensus Ripple bisa dibilang kurang aman dibandingkan metode pemrosesan transaksi kripto lainnya.
- Karena sebagian besar token XRP dipegang oleh Ripple, harga token dapat dikontrol dengan mudah oleh Ripple.
- Banyak mitra perbankan Ripple hanya menggunakan RippleNet dan bukan cryptocurrency XRP-nya.
- Ripple telah menarik kontroversi karena dijalankan oleh perusahaan swasta dan karena gugatan SEC.