Bhutan, negara kecil yang tersembunyi di antara keindahan Himalaya, telah memanfaatkan kemampuan hidroelektriknya yang melimpah untuk menyediakan listrik bagi hampir semua penduduknya. Fasilitas hidroelektrik ini menyumbang 30% dari GDP-nya. Yang menarik, Bhutan menghabiskan 5% dari GDP-nya untuk membeli peralatan pertambangan bitcoin.
Dalam laporan terbaru, Forbes mengungkapkan bahwa Bhutan telah menghibahkan ide untuk melakukan penambangan secara berdaulat sejak 2020. Bhutan bermaksud untuk memasok peralatan pertambangan dengan listrik yang dihasilkan dari fasilitas hidroelektriknya dan melakukan komputasi yang rumit untuk mengamankan imbalan bitcoin.
Penambangan bitcoin di Bhutan dimulai beberapa tahun yang lalu ketika harga bitcoin sekitar $5.000. Pendapatan dari penambangan menutupi biaya listrik dan peralatan.
Bhutan saat ini sedang bernegosiasi dengan konglomerat pertambangan Bitdeer yang terdaftar di Nasdaq. Dalam pembaruan terbaru, Bitdeer mengungkapkan pembicaraannya yang sedang berlangsung mengenai akses ke 100 megawatt (MW) listrik untuk pusat data penambangan bitcoin di Bhutan, yang direncanakan untuk dibangun pada kuartal ini.
Dalam beberapa waktu dekat, bicara tentang penambangan bitcoin yang didukung pemerintah semakin santer terdengar di seluruh negeri. Meskipun begitu, kekhawatiran muncul terkait pengeluaran $193 juta untuk impor chip komputer yang berpotensi memperburuk defisit perdagangan yang meningkat dan penurunan yang mencolok dalam cadangan valuta asing negara.
Jika terealisasi, Bhutan akan bergabung dengan El Salvador sebagai salah satu negara yang memiliki tambang bitcoin milik negara. Namun, proyek ini masih menjadi misteri termasuk keberadaannya, profitabilitas, dan alasan tidak diungkapkan ke publik.
Sumber: Bhutan spends 5% of its GDP on mining bitcoin, dengan perubahan seperlunya.