Flexing adalah tindakan yang dilakukan seseorang dengan sengaja untuk menunjukkan sesuatu yang mereka miliki atau raih, namun dengan cara yang dianggap orang lain tak menyenangkan dan terlalu pamer.
Hal yang umumnya sering dijadikan bahan flexing adalah jumlah saldo ATM, foto uang yang menumpuk, pakaian branded dan mahal, jet pribadi, liburan ke luar negeri, tas desainer, mobil sport, dan sederet barang mewah lainnya.
Memang, tidak bisa dipungkiri sangat sulit untuk tidak melakukan flexing terutama ketika memiliki sesuatu yang bisa dipamerkan. Walaupun dilakukan secara online, akan tetapi flexing membuat manusia ingin selalu terlihat memiliki kekayaan, fisik yang menarik, dan juga populer.
Memang terlihat tidak menyakiti siapa pun, tapi ternyata flexing adalah salah satu hal yang bisa memicu bahaya. Berikut ini penjelasan lengkapnya.
Apa Itu Flexing?
Pada dasarnya, flexing adalah bahasa gaul dari kalangan ras kulit hitam yang digunakan untuk menggambarkan seseorang yang “menunjukkan keberanian” atau “pamer” sejak tahun 1990-an.
Kemudian, asal kata “flex” atau flexing adalah “melenturkan otot”, yang merujuk pada seberapa kuat fisik seseorang dan seberapa siap seseorang bertarung. Kata ini menjadi metafora bahwa flexing adalah mereka berpikir lebih baik dari yang lainnya.
Contoh termudah yang menunjukkan tindakan flexing adalah seorang influencer yang flexing tas buatan desainer ternama serta kekayaan yang ia miliki lainnya lewat media sosial. Di era globalisasi ini, akan sangat mudah untuk menemukan seseorang melakukan flexing dengan barang-barang mewah seperti yang disebutkan pada contoh tersebut.
Perilaku flexing ini mudah untuk dikenali, karena umumnya menunjukkan ciri-ciri seperti:
- Selalu berusaha pamer banyak hal yang mereka punya atau peroleh, meskipun hal-hal yang tidak perlu dipamerkan.
- Sering memaksa dirinya untuk menunjukkan apa yang dimiliki meski itu di luar kemampuan diri sendiri.
- Hal yang mereka pamerkan belum tentu benar-benar mereka miliki.
- Merasa tidak nyaman jika tidak membagi atau memberi tahu orang-orang terkait apa yang dimiliki.
Faktor yang Membuat Orang Suka Flexing
Flexing adalah sebuah tindakan yang dilakukan untuk pamer benda yang dimilikinya kepada khalayak umum. Biasanya, fenomena flexing ini lebih banyak dilakukan secara online di media sosial, karena bisa menjangkau lebih banyak audiens dan bisa dilakukan kapan saja, di mana saja.
Ada beberapa faktor yang membuat orang suka melakukan flexing. Secara psikologis, ini alasan orang melakukan flexing.
1. Meningkatkan Rasa Percaya Diri
Beberapa penelitian psikologis menunjukkan bahwa, ketika seseorang merasa sedih atau rendah diri maka dia cenderung akan membeli barang-barang mewah.
Mengutip buku ‘Brainwashed’ karya Martin Lindstrom menjelaskan, anak-anak dengan kepercayaan diri rendah akan lebih mengandalkan memakai barang-barang branded dibandingkan dengan mereka yang memiliki rasa percaya diri tinggi.
Veronica Adesla seorang Psikolog Klinis menambahkan, perilaku flexing disebabkan adanya perasaan insecure dan meragukan diri sendiri, sehingga seseorang kemudian butuh validasi dari lingkungan.
2. Perasaan FOMO
FOMO adalah akronim dari kalimat “Fear of Missing Out” merupakan istilah yang cukup populer saat ini. FOMO adalah ketakutan seseorang merasa tertinggal dibandingkan yang lainnya dalam berbagai aspek.
Ketika menyangkut hal kepemilikan dengan nilai mahal, FOMO juga bisa menyebabkan seseorang ketagihan untuk melakukan flexing. Ini karena adanya rasa ketakutan jika ia ditinggalkan oleh lingkup pergaulan dan sekitarnya. Mereka takut bila dianggap tidak selevel karena tidak memiliki gaya hidup dan kebiasaan yang sama dengan orang-orang di sekelilingnya.
3. Ingin Eksistensinya Diakui
Jika membuka media sosial, tentu sudah tidak asing lagi dengan berbagai foto yang menunjukkan orang-orang sedang hang out di tempat yang sedang populer atau mengoleksi barang-barang branded dengan harga mahal. Bahkan perilaku konsumtif yang berlebihan ini merupakan hal yang mereka anggap wajar untuk dipamerkan.
Salah satu pemicu seseorang menunjukkan perilaku konsumtif yang berlebihan atau flexing adalah karena adanya rasa ingin eksistensinya diakui. Mereka beranggapan jika dengan menunjukkan kemewahan yang dimiliki, maka ia akan dikagumi banyak orang.
4. Keinginan Selalu Jadi yang Paling Unggul
Hidup memang merupakan ajang kompetisi. Segalanya sah-sah saja asalkan bersaing secara sehat dengan tujuan yang positif. Namun, tak jarang kompetisi menjadi tidak benar karena adanya flexing.
Kebiasaan kompetisi yang buruk ini sangat mudah ditemui tentu saja di media sosial. Adanya keinginan untuk menjadi yang paling unggul dan juga beragam ambisi lain pada akhirnya membuat seseorang memamerkan segala hal yang dimiliki.
5. Ingin Menunjukkan Status Sosialnya
Flexing adalah perilaku yang ternyata bisa menunjukkan status sosial seseorang.
Akhirnya tanpa disadari pada akhirnya banyak orang yang melakukan flexing untuk menegaskan status sosial tersebut. Mereka umumnya akan memamerkan segudang prestasi yang berhasil diraih, begitu pula dengan kehidupan mewah yang bergelimang kesuksesan yang akan membuat orang merasa segan dan kagum padanya.
Bahaya Perilaku Flexing
Segala sesuatu yang berlebihan tentu berbahaya, begitu pula dengan flexing. Apa saja bahayanya? Berikut ini adalah penjelasan lengkapnya.
1. Tidak Memiliki Teman
Flexing merupakan tindakan yang bisa membuat orang lain merasa risih. Ini tentu saja menyebabkan pelaku flexing akan mengalami kesulitan mencari teman.
Sebuah studi menjelaskan, ada sekitar 66 % orang cenderung memilih mobil mewah dibandingkan mobil standar. Walau demikian, ternyata mayoritas orang akan lebih senang untuk berteman dengan mereka yang memiliki keadaan standar.
2. Bisa Terlalu Memaksakan Diri
Bahaya kedua dari tindakan flexing adalah bisa menimbulkan perilaku memaksakan keadaan. Ini dikarenakan mereka yang melakukan pamer kekayaan sudah terbiasa tampil dengan barang-barang mewah yang mengakibatkan mereka ingin selalu menunjukkan eksistensinya.
Ternyata, ini bisa jadi sangat berbahaya ketika di kemudian hari pihak yang melakukan flexing tidak bisa memenuhi keinginan tersebut, karena kondisi terbiasa flexing bisa mengarah ke pemaksaan diri mencapai sesuatu yang tidak sesuai kemampuan.
4. Mengganggu Kepribadian
Seseorang yang terbiasa melakukan tindakan flexing ternyata memiliki kecenderungan untuk tidak memberikan dukungan terhadap lingkungannya. Bahkan, mereka justru mendukung keyakinannya yang merugikan dan juga diskriminatif.
Karena selalu fokus pada dirinya sendiri, seorang yang sering flexing bahkan bisa kehilangan empati karena selalu menganggap orang lain adalah saingannya.
Itu dia informasi seputar flexing, lengkap dengan definisi, ciri-ciri, alasan, dan bahayanya. Flexing adalah tindakan yang mungkin bisa dilakukan tanpa sadar, karena tujuan awal hanya ingin membagikan kebahagiaan. Tentu hal ini bukan masalah besar, asalkan tidak berbahaya.
Mulai Investasi Aset Kripto di Ajaib Kripto!
Siap memulai perjalanan investasi crypto kamu? Yuk, langsung saja mulai bersama Ajaib Kripto! Cek harga crypto hari ini, dan Jual Beli Bitcoin, Ethereum, Binance Coin, serta koin lainnya akan jadi lebih mudah, aman, dan tepercaya bersama Ajaib Kripto, aplikasi crypto yang sudah terdaftar dan berizin dari Bappebti.
Yuk, download Ajaib Kripto sekarang!