Investor Pemula, Kripto Dasar

7 Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Harga Crypto

Harga Crypto

Popularitas aset kripto kian meroket salah satunya didasari oleh banyaknya sosok berpengaruh dan industri di mancanegara yang mulai melirik aset kripto, serta berencana menerapkan teknologi blockchain. Salah satu yang kerap jadi perbincangan adalah harga crypto yang fluktuatif.

Keunikan yang dimiliki aset kripto kerap kali diberitakan sebagai salah satu faktor yang dapat menghadirkan keuntungan besar bagi para investor. Namun, tentunya terdapat risiko yang patut dipahami secara lebih dalam terutama bagi pemula yang ingin terjun ke aset kripto.

Lalu apa itu aset kripto sebenarnya? Apa saja faktor yang mempengaruhi harga crypto?

Pengertian Aset Kripto 

Aset kripto atau crypto diciptakan sebagai mata uang digital. Tujuan utama dari aset crypto ini adalah sebagai alat tukar untuk transaksi yang dilakukan secara online tanpa melibatkan pihak ketiga seperti bank. Aset kripto diciptakan melalui kriptografi atau sandi rahasia sebagai bagian dari keamanannya.

Proses transaksi biasanya dilakukan secara peer to peer, yang menghubungkan satu pihak ke pihak lainnya melalui internet. Dengan kata lain, para pemilik aset crypto bebas bertransaksi kepada siapa pun dan dimanapun tanpa adanya pihak ketiga yang mengatur perputarannya. Meskipun begitu, segala bentuk transaksi yang dilakukan tetap tercatat dengan jelas oleh jaringan aset kripto yang dikenal dengan teknologi blockchain.

Blockchain sendiri merupakan sebuah sistem komputasi yang mendasari terbentuknya aset kripto yang ada saat ini. Secara fungsi, blockchain hadir untuk blok yang saling terhubung satu sama lain yang mencatat transaksi di sebuah jaringan. Tidak hanya mencatat, informasi transaksi juga bersifat terbuka sehingga sangat mudah untuk melihat historis transaksi yang terjadi di seluruh dunia kepada pemilik aset kripto yang ingin melihatnya. 

Baca Juga: Apa Dampak FUD ke Aset Kripto?

Awal Perkembangan Aset Kripto

Awalnya, aset kripto ini sebetulnya sudah mulai dikembangkan sejak tahun 1983 oleh David Chaum di Amerika Serikat. David Chaum memperkenalkan uang elektronik kriptografi yang baru bisa mulai digunakan di tahun 1995 dengan terciptanya Digicash. Namun karena mengharuskan orang yang ingin bertransaksi untuk memiliki perangkat keras maupun lunak khusus yang membatasi banyak orang menggunakannya melihat juga teknologi di tahun tersebut belum memadai dan secanggih ssekarang

Pada tahun 2008 ketika resesi global Satoshi Nakamoto mulai merilis informasi awal tentang Bitcoin melalui whitepaper Bitcoin: A Peer-to-Peer Electronic Cash System sebagai mata uang kripto pertama yang terdesentralisasi yang di luncurkan di awal tahun 2009. Dengan diterimanya bitcoin di berbagai platform digital, yang telah membuka jalan untuk munculnya aset kripto lainnya hingga saat ini. 

Peraturan Aset Kripto di Indonesia

Melalui Peraturan Bappebti Nomor 5 tahun 2019, dijelaskan bahwa aset kripto adalah komoditi tidak berwujud yang berbentuk aset digital yang diperdagangkan sebagai instrumen investasi. Terkait aset kripto yang tidak bisa digunakan sebagai alat transaksi ini sebetulnya sudah diatur melalui UU Nomor 7 tahun 2011 tentang Mata Uang. Di dalam Undang Undang tersebut dijelaskan bahwa alat pembayaran yang sah di Indonesia adalah uang rupiah. 

Di tahun 2022 Bappebti telah menambahkan 154 jenis aset kripto yang legal di Indonesia. Hal itu tercantum dalam Peraturan Bappebti (Perba) Nomor 11 Tahun 2022 tentang Penetapan Daftar Aset Kripto yang Diperdagangkan di Pasar Fisik Aset Kripto. Dalam aturan itu, total kripto yang legal diperdagangkan di dalam negeri mencapai 383 jenis. Jumlah tersebut naik dari sebelumnya yang hanya 229 jenis.

Baca Juga: Apa Itu Open Source dan Manfaatnya untuk Crypto

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan Harga Crypto

1. Supply and demand

Nilai aset kripto juga ditentukan oleh penawaran dan permintaan pasar. Jika permintaan meningkat lebih cepat dari penawaran, harga crypto cenderung akan naik. Prinsip penawaran dan permintaan yang sama berlaku untuk aset kripto. Aset kripto berpotensi naik ketika permintaan lebih tinggi dari pasokan.

Mekanisme pasokan dalam aset kripto bersifat transparan sehingga semua orang dapat melihat dan setiap crypto menerbitkan rencana untuk pencetakan dan pembakaran tokennya. Seperti Bitcoin yang memiliki persediaan maksimum yang tetap yaitu 21 juta BTC.

Beberapa aset kripto memiliki mekanisme yang “membakar” token atau mekanisme Burn token/koin seperti BNB dan TRX untuk mencegah pasokan yang beredar tumbuh terlalu besar dan memperlambat inflasi. Membakar token berarti mengirimnya ke alamat yang tidak dapat dipulihkan di blockchain.

2. Biaya Produksi

Memverifikasi blockchain membutuhkan daya komputasi. Peserta berinvestasi dalam peralatan mahal dan listrik untuk menambang aset kripto. Dalam sistem proof-of-work, seperti yang digunakan oleh Bitcoin yang menggunakan tenaga listrik yang besar dan penggunaan perangkat keras khusus CPU/GPU yang harganya cukup mahal dan berfluktuatif.

Dalam penambangan BTC, semakin banyak persaingan penambang (miners) maka semakin sulit untuk menambang BTC. Itu karena para penambang pada dasarnya saling berlomba untuk memecahkan masalah matematika yang kompleks untuk memverifikasi blok. Dengan demikian, biaya untuk menambang meningkat karena memerlukan peralatan yang lebih kuat  untuk menambang BTC.

3. Penggunaan Teknologi (utility)

Tujuan aset kripto diciptakan agar dapat mampu memecahkan masalah terkait industri saat ini yang menerapkan sistem yang terpusat. Jadi penggunaan teknologi atau utilitas dari sebuah aset kripto oleh masyarakat dan perusahaan juga akan berpotensi mendorong naik harganya.  Jadi untuk membuat aset kripto berguna, proyek aset kripto berlomba lomba untuk membuatnya dapat digunakan dalam ekosistem blockchain tertentu.

Contohnya Ethereum, pengguna tidak akan dapat mulai menggunakan platform Ethereum tanpa memiliki ETH yang umumnya digunakan untuk membayar gas fee atau biaya transaksi jika menggunakan platform yang di bangun di blockchain ethereum. Dengan demikian, nilai Ethereum juga terpengaruh dari penggunaan layanan platform berbasis ethereum.

4. Tingkat Adopsi

Nilai aset kripto juga dapat meningkat ketika sebuah proyek memperoleh kesadaran atau ketika utilitas meningkat. Adopsi yang lebih luas dari aset kripto sebagai investasi juga meningkatkan permintaan sementara secara efektif membatasi pasokan yang beredar.

Misalnya, ketika investor institusional mulai membeli dan menahan Bitcoin pada awal tahun 2021, harga Bitcoin meningkat secara signifikan karena permintaan melebihi kecepatan pembuatan koin baru, yang secara efektif mengurangi total pasokan Bitcoin yang tersedia.

5. Berita atau liputan media dapat mempengaruhi harga Aset Kripto

Pemberitaan mengenai uang kripto di seluruh dunia juga berpengaruh pada harga uang digital ini. Misalnya, ada berita tentang peretasan atau serangan hacker pada suatu proyek aset kripto bisa membuat harganya turun, karena investor khawatir terhadap keamanan proyek tersebut. Sedangkan jika ada pemberitaan baik, misalnya suatu negara secara resmi mengakui uang kripto sebagai alat pembayaran, maka harganya pun bisa naik. Di ekosistem aset kripto, pemberitaan dan pengaruh tokoh penting punya pengaruh signifikan pada kondisi pasar.

Jumlah kepemilikan aset kripto dalam jumlah besar juga dapat menjadi penggerak pasar dengan berbagai cara. Salah satu contoh paling nyata adalah Elon Musk yang sebelumnya sering merilis pernyataan tentang aset kripto tertentu di akun Twitternya. Karena begitu besarnya influence dari Elon terhadap dunia kripto, dengan satu twit saja sudah bisa melambungkan harga Dogecoin yang beberapa kali pernah masuk dalam tweet-nya. 

Harga crypto juga dipengaruhi suatu kebijakan dari sebuah negara terhadap aset kripto. Contohnya, China yang melarang penambangan bitcoin di seluruh wilayahnya pada tahun 2021 yang sempat menekan harga aset kripto.

6. Makroekonomi

Peristiwa makroekonomi dapat berupa peristiwa apa pun di tingkat nasional dan global yang berdampak pada perekonomian, termasuk peristiwa alam seperti peristiwa ketidakstabilan geopolitik, politik, dan tingkat pengangguran.

Saat ini aset kripto cukup sensitif terkait kebijakan pemerintah Amerika Serikat, khususnya tingkat inflasi Amerika Serikat (AS) yang menukik dinilai akan menjadi faktor yang menentukan pergerakan harga Bitcoin. Aset kripto termasuk rentan terhadap kebijakan yang merespons indeks harga konsumen tersebut, seperti suku bunga acuan. 

7. Faktor psikologis Investor

Faktor psikologis ini berkaitan dengan sifat psikologis investor. Semakin banyak investor masuk ke kripto, maka harga tersebut akan semakin tinggi dan ini mempengaruhi orang lain untuk turut membeli. Saat harga bitcoin sudah hampir menyentuh harga tertinggi, banyak orang yang mencoba ambil untung dengan menjual bitcoinnya.

Semakin banyak yang menjual bitcoinnya maka harga bitcoin akan semakin jatuh. Harga yang bergerak turun drastis ini akan menimbulkan ketakutan pada pemilik bitcoin lainnya atau panic selling sehingga mereka tidak ingin rugi lebih dalam dan menjual bitcoinnya saat itu juga. Alhasil harga bitcoin bisa terus turun.

Mulai Investasi Aset Kripto di Ajaib Kripto!

Siap memulai perjalanan investasi crypto kamu? Yuk, langsung saja mulai bersama Ajaib Kripto! Cek harga crypto hari ini, dan Jual Beli Bitcoin, Ethereum, Binance Coin, serta lain sebagainya akan jadi lebih mudah, aman, dan terpercaya bersama Ajaib Kripto, aplikasi crypto yang sudah terdaftar dan berizin dari Bappebti.

Yuk, download Ajaib Kripto sekarang!

Artikel Terkait