Hong Kong mengangkat statusnya sebagai pusat utama aktivitas aset virtual di Asia Pasifik dan sekitarnya menjelang peringatan hari jadi ke-25 Hong Kong Special Administrative Region (HKSAR).
Chief Executive Hong Kong Securities and Futures Commission (HKSFC), Leung Fung-yee, menyampaikan pidato tentang rezim lisensi aset virtual baru di kota tersebut. Meski tidak bermaksud menjadikan HKSAR sebagai pusat perdagangan kriptocurrency, Fung-yee mengakui pentingnya perdagangan kripto dalam ekosistem aset virtual yang berkembang.
Regulasi yang transparan, konsisten, dan dapat diprediksi diharapkan akan membantu pertumbuhan sektor blockchain dan kripto Hong Kong.
Menariknya, Hong Kong juga menjadi tujuan menarik bagi bisnis aset digital global, berkat kerangka regulasi yang jelas. Kondisi regulasi yang sulit di Amerika Serikat dan pembatasan perdagangan kripto ritel di Singapura membuat Hong Kong semakin ramah terhadap kripto.
Tokoh-tokoh industri seperti Leung Fung-yee dan Neil Tan, Ketua Asosiasi FinTech Hong Kong, menyoroti tokenisasi efek sebagai potensi kepemimpinan global Hong Kong.
Dalam perkembangan terakhir, China juga dilaporkan berencana mengangkat larangan kripto. Tokenisasi efek menjadi topik menarik, dengan institusi keuangan dan bank-bank China memanfaatkan teknologi tersebut dan menggunakan Hong Kong sebagai basis peluncuran produk blockchain baru.
Hong Kong berupaya mengatur penyedia layanan aset virtual untuk menjaga inovasi kripto dan membangun kepercayaan pasar. Meskipun belum menjadi pusat perdagangan kripto, Hong Kong tetap terbuka terhadap teknologi yang relevan dalam layanan keuangan.
Dengan pendekatan regulasi yang transparan dan keberlanjutan ekosistem kripto yang berkembang, Hong Kong siap menjadi pusat inovasi dan pengembangan aset virtual di masa depan.
Sumber: Hong Kong’s ‘One Country, Two Systems’ Policy Boosts Virtual Asset Ecosystem dan Hong Kong regulator says oversight will strengthen crypto market, dengan perubahan seperlunya.
