Investor Pro

Harga Layer-2 Bitcoin setelah Bitcoin Halving

layer-2-bitcoin

Penantian bitcoin halving para investor kripto terbayar sudah pada 20 April 2024. Bitcoin Halving juga dirasakan oleh layer-2 Bitcoin dan altcoin lainnya. Hal ini dikarenakan BTC memiliki pengaruh besar dalam pasar kripto. Namun, setelah halving, harga BTC belum juga to the moon.

Apakah bitcoin halving kali ini tidak seperti yang digembar-gemborkan? Lalu, bagaimana layer-2 Bitcoin merespon halving BTC ini? Simak ulasan berikut ini!

Harga BTC setelah halving

Bitcoin halving adalah peristiwa krusial dalam ekosistem kripto yang dapat memengaruhi layer-2 Bitcoin dan altcoin lainnya.

Hal ini terjadi ketika hadiah untuk menambang transaksi bitcoin dipotong dari 6.25 BTC menjadi 3.125 BTC per blok untuk menjaga kelangkaan koin.

Selama menjelang halving, Bitcoin telah mencatat level harga tertinggi baru yaitu USD73.750 atau senilai Rp1.143.125.000 (kurs Rp15.500) pada 14 Maret 2024.

Namun, ketika halving terjadi, harga BTC hanya berada pada USD66.820 senilai Rp1.035.710.000 (kurs Rp15.500) tidak melewati harga tertinggi yang didapatkan pada bulan Maret 2024.

Lonjakan harga yang signifikan setelah halving bukan hal yang langsung terjadi saat itu juga. Bahkan seminggu setelah Bitcoin halving, harga BTC hanya naik tipis sebesar 1,31% dan di akhir bulan april 2024, harga BTC telah tergerus sebesar 7,6%.

Layer-2 Bitcoin dan Altcoin setelah Halving

Bitcoin memang menjadi aset yang menarik untuk diamati dalam panorama investasi global. Namun, dalam masa menjelang halving, perhatian investor tertuju pada layer-2 Bitcoin.

Proyek layer-2 Bitcoin memang bertujuan untuk mengatasi masalah pada jaringan Bitcoin terutama masalah kecepatan dan harga transaksi.

Layer-2 Bitcoin merupakan koin yang dibangun di atas rantai blok Bitcoin. Ada beberapa contoh layer seperti Stacks (STX), Elastos (ELA), dan SatoshiVM (SAVM) yang terlihat mengalami lonjakan harga yang melampaui kinerja harga Bitcoin itu sendiri

Salah satu token layer-2 Bitcoin, Stacks, naik lebih dari 21,36% menjadi USD2,95 tak lama setelah Bitcoin halving.

Hal ini tentu menarik sebab Bitcoin hanya mengalami kenaikan 4,75% dalam periode yang sama.

Kenaikan yang signifikan juga dialami layer-2 BTC lain seperti ELA dan SAVM mengalami kenaikan masing-masing sebesar 16,14% dan 18,64%.

Token ELA tetap menunjukkan peningkatan harga dalam 72 jam sejak Bitcoin halving sebesar 21% dari USD3,173 menjadi USD3,823.

Namun, harga layer-2 BTC kemudian mengikuti harga Bitcoin yang mulai perlahan menurun beberapa hari sejak Bitcoin halving.

Harga altcoin lain juga mengalami peningkatan sebelum Bitcoin halving terjadi.

Misalnya harga BNB yang menyentuh USD645,2 atau senilai Rp10,16 juta pada 16 Maret 2024 dan ketika halving terjadi, harga BNB berada di USD574,3 atau senilai Rp8,9 juta.

Hal serupa juga pada ETH yang menyentuh USD4.070,6 atau senilai Rp63,09 juta pada 12 Maret 2024. Harga ETH pada halving berada di USD3.098 atau senilai Rp48,01 juta.

Tidak “meriahnya” nuansa beberapa hari menjelang halving maupun setelah halving disebabkan oleh banyak faktor.

Misalnya akibat pasar ETF BTC-spot mengalami dana keluar bersih sebesar USD204,3 juta atau senilai Rp3,16 triliun dalam pekan yang berakhir 19 April 2024.

Apalagi saat halving terjadi, ETF Bitcoin spot di Amerika Serikat tercatat dana keluar sebesar USD120 juta atau senilai Rp1,86 triliun.

Belum lagi adanya perang di Timur Tengah yang memanaskan tensi geopolitik global sehingga turut memengaruhi kondisi pasar keuangan, termasuk pasar kripto.

Hal ini menjadikan pasar kripto dalam sentimen wait and see, karena menunggu adanya gebrakan yang mengangkat nilai BTC.

Namun, dalam sejarah Bitcoin halving, pergerakan harga BTC umumnya akan reli yang sesungguhnya antara 1 hingga 5 bulan setelah halving terjadi.

Contohnya, pada halving ketiga tahun 2020, Bitcoin bergerak di sekitar USD8.675 dan 6 bulan setelah halving, harga BTC mencapai USD14.028. Kemudian meroket pada April 2021 menjadi USD63.800.

Apalagi saat ini, Bitcoin telah mendapat persetujuan untuk membuka ETF Bitcoin pertama secara resmi di Amerika Serikat pada 11 Januari 2024 , serta ETF Bitcoin dan Ethereum di Hong Kong yang dijadwalkan akan diluncurkan pada 30 April 2024.

Hal ini tentu menjadi momen meningkatnya likuiditas pada Bitcoin sehingga mampu memengaruhi harga layer-2 BTC dan altcoin.

Walaupun saat ini, ETF menjadi salah satu hambatan untuk kenaikan harga BTC, namun banyak yang beranggapan ETF akan menjadi salah satu “alat” bagi BTC untuk to the moon.

Tentunya, Bitcoin yang bergerak menuju fase bullishnya akan diikuti oleh layer-2 BTC.

Jika dibandingkan dengan perbedaan kenaikan yang dialami pada saat halving, maka akan sangat menarik jika layer-2 Bitcoin mampu mengalahkan persentase kenaikan Bitcoin saat reli terjadi.

Investasi Kripto di Ajaib Kripto!

Jangan mau melewatkan kesempatan untuk bisa to the moon dalam masa reli harga BTC. Gunakan Aplikasi Ajaib Kripto untuk mulai berinvestasi pada layer-2 BTC. Pelajari strategi investasi kripto pada blog Aplikasi Ajaib Kripto. Tunggu apa lagi? Download sekarang juga.

Artikel Terkait