Investor Pro

Mengenal Staking Aset Kripto yang Bisa Dijadikan Passive Income

Mengenal Staking Crypto yang Bisa Dijadikan Passive Income

Saat ini aset kripto memang dijadikan instrumen investasi bagi banyak orang, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Untuk para trader sendiri, ada sejumlah koin yang dijadikan instrumen aktivitas trading mereka. Selain itu, istilah yang makin populer saat ini pada transaksi aset kripto adalah staking.

Sebagian orang menggunakan cara ini untuk memperoleh passive income atau pendapatan pasif melalui pasar aset kripto. Lalu, apa yang sebenarnya dimaksud dengan staking aset kripto dan bagaimana cara untuk melakukannya? Bagi kamu yang tertarik dengan hal ini, yuk simak penjelasan lengkapnya.

Pengertian dan Manfaat Staking Aset Kripto

Pada dasarnya, istilah staking aset kripto merupakan proses penguncian sebuah aset kripto melalui wallet dengan jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan. Di mana, prosesnya biasa diimplementasikan untuk jenis koin alternatif atau altcoin dengan likuiditas yang cukup kecil. Dengan begitu, staking aset kripto bisa memungkinkan penggunanya untuk memperoleh keuntungan secara pasif tanpa harus melakukan mining maupun trading di pasar aset kripto.

Ditambah risiko yang terbilang cukup rendah, sehingga cukup menarik minat banyak orang. Manfaatnya sendiri bisa dipahami dari tujuannya yaitu untuk mendapatkan keuntungan tambahan tanpa harus menggunakan perangkat canggih. Sederhananya, staking aset kripto bisa dikatakan seperti menambang Bitcoin tanpa membutuhkan peralatan komputer yang canggih.

Bagaimana Cara Kerja Staking Aset KRipto

Untuk lebih memahami secara jelas, kamu harus tahu bagaimana cara kerjanya. Di mana, staking sendiri bisa dilakukan langsung melalui dompet aset kripto yang dimiliki atau menggunakan beberapa bursa yang menghadirkan layanan staking aset kripto. Selain itu, kamu juga harus memahami mekanisme PoS atau Proof of Stake.

PoS merupakan suatu algoritma dengan fungsi untuk melakukan validasi transaksi yang mengacu pada konsensus terdistribusi. Validasi dilakukan dengan cara melihat berapa jumlah aset digital kripto. Salah satu algoritma PoS yang terkenal yaitu Delegated Proof of Stake atau DPoS yang memungkinkan pengguna untuk mengalokasikan saldo token dimiliki sebelumnya dan melakukan sistem voting.

Delegasi yang dimaksud akan mengelola sistem operasi melalui blockchain. Orang yang melakukan staking aset kripto disebut sebagai validator. Validator ini akan mendapatkan keuntungan setelah berhasil memvalidkan suatu transaksi. Implementasi mudahnya adalah pertama kamu harus memilih staking pools yang sesuai dengan pilihan, lalu pilih koin aset kripto mana yang ingin di-staking.

Setiap aset kripto memiliki besaran return yang berbeda-beda sehingga disesuaikan dengan dana yang dimiliki. Seperti yang disebutkan sebelumnya bahwa aset kripto yang akan di-staking harus menerima Proof of Stake, hal ini berarti Bitcoin tidak dapat menjadi pilihan untuk staking.

Setelah itu, pilih wallet yang dijadikan tempat penyimpanan untuk proses staking. Pilihlah wallet yang mendukung jenis aset kripto pilihan kamu, mengingat tidak semua wallet mendukung setiap jenis aset kripto.

Sistem Perhitungan Reward

Untuk bisa dikatakan sebagai passive income, staking aset kripto pastinya memiliki perhitungan reward masing-masing. Mengingat, tidak ada ketentuan sistem perhitungan reward yang berlaku, maka setiap jaringan blockchain memiliki masing-masing cara dalam menghitungnya. Hanya saja, ada beberapa cara menentukan reward yang umum digunakan oleh para validator.

Mulai dari jumlah koin yang digunakan validator, waktu yang digunakan validator ketika staking, jumlah total staking dalam satu jaringan blockchain, tingkat inflasi, hingga hal berkaitan lainnya. Bahkan, di beberapa jaringan blockchain, reward diberikan dengan jumlah persentase secara tetap dengan proses distribusi melalui tahapan yang disebut inflasi.

Inflasi sendiri bertujuan mendorong pengguna untuk segera menghabiskan koin dibandingkan menyimpan koin tersebut. Selain itu, setiap dompet digital memiliki ketentuannya masing-masing sehingga pilihlah dompet yang melayani staking dengan reward sesuai rencana seperti berikut:

  • Exodus yaitu dompet yang bisa digunakan untuk menyimpan aset kripto seperti Bitcoin, Aragon, 0X, Wings dan masih banyak lainnya.
  • Ledger adalah dompet aset kripto yang dilengkapi sistem keamanan ekstra untuk terhindar dari hacker.
  • Trust Wallet merupakan dompet multi-koin yang dapat menjadi pilihan pengguna untuk diakses melalui smartphone. Di mana, sampai saat ini Trust Wallet bisa digunakan untuk staking seperti Algorand, Callisto, IoTEX, Tezos, TRON, TomoChain, hingga VeChain.
  • Atomic Wallet adalah dompet digital untuk menyimpan berbagai jenis aset kripto yang bisa diakses di berbagai model sistem operasi seperti MacOS, Windows, Ubuntu, Debian, Fedora, hingga sejumlah sistem operasi smartphone.

Keuntungan dan Risiko Staking Aset Kripto

Ketika kamu memutuskan untuk melakukan staking demi mendapatkan keuntungan atau menjadikannya passive income, kamu juga perlu mengetahui setiap risiko yang ada. Walaupun bisa dikatakan minim risiko, namun tetap saja ada risiko yang harus ditanggung. Untuk keuntungannya sendiri, pengguna tidak perlu bersusah payah melakukan trading maupun mining agar aset kripto bisa berkembang saat staking.

Kamu bisa menggunakan modal kecil untuk staking aset kripto dan cukup menggunakan sejumlah aplikasi melalui smartphone. Tidak membutuhkan perangkat komputer yang super canggih layaknya mining, cukup menggunakan smartphone kesayanganmu. Sedangkan untuk risiko yang harus diwaspadai saat staking aset kripto, berkaitan dengan aset kripto itu sendiri.

Mulai dari nilai aset kripto yang bersifat fluktuatif hingga tingkat volatilitas harga aset kripto yang cukup tinggi sering kali akan membuat validator harus mengatur ulang strategi yang digunakan setiap harinya untuk dapat menyesuaikan. Lalu ada periode penguncian dimana  melibatkan penguncian pada koin ketika di-staking dengan jangka waktu tertentu.

Sehingga, investor yang mengunci kepemilikan aset tersebut selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun, maka tidak akan bisa mengakses akun sesuai dengan jangka waktu yang dipilih. Selain itu, ada risiko slashing yang menyebabkan investor dikenakan penalti karena membuat kesalahan.

Hal ini terjadi disaat investor yang menjalankan staking aset kripto namun ditengah proses staking yang belum selesai sesuai dengan jangka waktu yang mereka pilih, investor memilih untuk menarik asetnya dari staking, maka ia akan kehilangan reward dan itu akan diberikan ke validator yang lain. Slashing sendiri diciptakan untuk melawan validator dengan kinerja buruk atau tidak jujur.

Ditambah dengan beban biaya saat staking aset kripto terutama saat pengguna mengakses layanan exchange. Biayanya sendiri cukup bervariasi tergantung pada kebijakan masing masing exchange. 

Rekomendasi Aset Kripto untuk Staking

Hampir seluruh koin bisa digunakan untuk melakukan staking. Namun, berbagai pakar aset kripto menyebut hanya beberapa saja yang memberikan imbalan bagus. Berikut beberapa koin yang memberikan imbal balik terbaik di antara ratusan aset kripto.

1. Ethereum (ETH)

Jenis aset kripto yang paling banyak ‘anaknya’ ini merupakan salah satu koin aset kripto terbaik untuk melakukan staking. Sayangnya menurut berbagai pakar, untuk melakukan staking secara independen, kamu wajib memiliki 32ETH yang nilainya kira-kira $130,000 atau setara Rp1,8 miliar. Namun, jika kamu belum memiliki Ethereum senilai itu, kamu bisa mengikuti staking pool, mirip dengan deposito kolektif.

2. Tezos (XTZ)

Tezos merupakan salah satu aset kripto yang cukup familiar juga. Kamu juga tak perlu memiliki banyak XTZ untuk melakukan staking. Karena untuk melakukan staking dengan XTZ biasanya mendapatkan 4% hingga 8,5% tergantung platformnya dan durasi staking-nya.

3. Cardano (ADA)

Cardano saat ini tidak begitu populer karena nilainya yang masih kecil. Namun ia bisa menjadi alternatif dalam melakukan staking. Kamu bisa menggunakan ADA senilai $1,3 saja untuk melakukan staking pertama. Nilai yang rendah ini bisa jadi karena popularitasnya yang masih belum tinggi.

4. Algorand (ALGO)

Algorand juga tidak terlalu mahal untuk melakukan staking. Kamu bisa mendapatkan imbal balik 3% hingga 10% sesuai dengan platform dan durasinya. Di Binance, staking ALGO hanya membutuhkan beberapa ratus dollar saja dengan imbal balik yang menggiurkan.

5. Polygon (MATIC)

Polygon merupakan salah satu pilihan koin terbaik untuk staking karena ada beberapa platform yang bisa digunakan. Selain itu, Polygon juga terjangkau untuk dibeli, sehingga kamu tidak perlu mengeluarkan uang banyak ketika melakukan staking di koin tersebut.

6. Cosmos (ATOM)

Kamu bisa melakukan staking Cosmos dengan beberapa cara, bisa lewat bursa, dompet, maupun dompet aset kripto. Meskipun nilainya saat ini masih kecil, namun bukan berarti koin ATOM tidak ada nilainya. Banyak orang yang melakukan staking dengan koin ini.

Pada dasarnya, staking aset kripto mekanismenya mirip dengan deposito di bank konvensional. Di mana, sejumlah dana diinvestasikan untuk jangka waktu tertentu atau sesuai yang disepakati di awal dan baru bisa dinikmati hasilnya setelah melewati masa tersebut. Ini bisa menjadi pilihan bagi kamu yang ingin berinvestasi dengan nominal keuntungan pasti.

Mulai Investasi Aset Kripto di Ajaib

Apabila kamu sudah memiliki cukup pengetahuan tentang aset kripto dan tertarik untuk mulai investasi, langsung saja aktivasi aset kripto kamu di Ajaib Kripto! Ya, selain menyediakan saham, reksa dana, dan margin trading, kini Ajaib juga menghadirkan Aplikasi Ajaib Kripto untuk jual beli aset kripto. 

Aset kripto yang ditawarkan oleh Ajaib juga beragam, dan bisa dipastikan aman karena Ajaib Kripto sudah terdaftar dan diawasi oleh BAPPEBTI, dan juga dijamin oleh CoinCover dan Fireblocks, platform perlindungan aset kripto dengan proteksi dan keamanan tingkat dunia.

Jadi, tunggu apa lagi? Yuk, lanjutkan perjalanan investasi kamu dengan berinvestasi aset kripto di Ajaib Kripto dengan klik link di bawah ini!

Artikel Terkait