Seputar Info

Memahami Etika dan Keamanan Penerapan Artificial Intelligence

Memahami Etika dan Keamanan Penerapan Artificial Intelligence

Teknologi artificial intelligence atau kecerdasan buatan mulai terus dikembangkan dan diterapkan di berbagai sektor. Mengingat, dampak yang diberikan penerapan AI sangat positif dirasakan termasuk untuk perkembangan ekonomi suatu negara. Di mana, AS dan China menjadi negara dengan kekuatan lebih dalam melakukan pengembangan teknologi AI.

Hanya saja, tujuan dari pengembangan AI oleh kedua negara tersebut cukup berbeda. Di samping dampak positif yang dihasilkan oleh AI, ada sejumlah batasan yang harus diperhatikan oleh perusahaan maupun organisasi dalam pengembangan AI. Hal ini mengacu pada etika dan keamanan penerapan teknologi AI yang bisa saja lebih pintar dari manusia.

Dengan begitu, pengembangan dan penerapan teknologi ini ke depannya bisa menjadi lebih baik dari sisi fungsi maupun keamanan. Untuk lebih jelasnya mengenai etika dan keamanan penerapan teknologi AI, yuk simak penjelasannya berikut ini.

Sekilas Tentang Artificial Intelligence

Pada dasarnya, kecerdasan buatan atau artificial intelligence merupakan simulasi kecerdasan yang ada di manusia untuk ditransformasi ke mesin dan diprogram sehingga bisa berpikir layaknya manusia. Sederhananya, AI adalah sistem komputer yang dapat melakukan pekerjaan-pekerjaan tenaga manusia maupun kecerdasan manusia untuk menyelesaikannya.

Untuk bisa beroperasi, AI membutuhkan data berupa pengalaman yang dimiliki manusia. Di mana, poin utama penerapan AI meliputi learning, reasoning, hingga self correction. AI butuh belajar dengan tujuan memperkaya pengetahuan. Prosesnya pun dilakukan sendiri berdasarkan pengalaman AI yang digunakan manusia.

Selain itu, AI bisa melakukan self correction karena dirancang untuk terus belajar dan memperbaiki diri dari kesalahan sebelumnya. Salah satu contoh penerapan AI bisa dilihat pada AlphaGo yang bisa bermain catur dengan sendiri. Konsep pada artificial intelligence sendiri dibagi menjadi 4 faktor meliputi berikut:

  • Acting humanly sebagai sistem yang bertindak layaknya manusia.
  • Thinking humanly sebagai sistem yang berpikir seperti manusia.
  • Think rationally sebagai sistem yang berpikir secara rasional.
  • Act rationally sebagai sistem yang bertindak secara rasional.

Tanpa disadari, penerapan teknologi artificial intelligence yang ada di kehidupan sehari-hari adalah penggunaan asisten virtual seperti Google atau Siri pada smartphone. 

Etika dan Aturan Penerapan Artificial Intelligence

Untuk mengatur dan mengelola penerapan teknologi AI yang semakin canggih hingga digunakan di hampir semua negara, maka perlu adanya batasan melalui etika dan aturan penerapannya. Hal ini yang coba dilakukan oleh 193 negara sebagai anggota UNESCO dengan mengadopsi kesepakatan untuk menentukan sejumlah prinsip pengembangan AI secara tepat pada akhir November 2021 lalu.

Audrey Azoulay selaku Kepala UNESCO mengatakan bahwa rekomendasi mengenai etika AI ini sebagai kerangka normatif global pertama untuk memberikan setiap negara tanggung jawab pada penerapannya di tingkat pemerintahan. Tujuannya tentu mendapatkan dampak positif penggunaan AI sekaligus mengurangi risiko yang mengancam.

Hal ini juga memastikan bahwa transformasi digital tetap mempromosikan hak asasi manusia maupun membantu negara-negara dalam mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Sebelumnya pada tahun 2018, Azoulay memperkenalkan kerangka kerja etis mengenai penggunaan AI dan tiga tahun setelahnya resmi diadopsi melalui mobilisasi ratusan ahli di seluruh dunia dan negosiasi internasional.

Di samping itu, cabang eksekutif dari Uni Eropa juga sudah menerbitkan proposal peraturan AI sebagai langkah untuk menempatkan mekanisme serta pembatasan penggunaan AI, pelanggaran, hingga persyaratan peraturan pada penerapan AI. Di mana, peraturan AI ini menggunakan pendekatan berbasis risiko dari berbagai kategori penggunaan sistem maupun intervensi regulasi yang diharapkan meningkat.

Poin-Poin Utama Etika Penerapan Artificial Intelligence

Kerangka dasar etika yang diciptakan untuk membatasi penerapan AI sendiri menampilkan sejumlah poin. Di mana, Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Uni Eropa bersama menyusun kerangka tersebut yang bisa menjadi acuan dalam pengembangan teknologi artificial intelligence. Adapun sejumlah poin yang dimaksud sebagai berikut:

  • Sistem artificial intelligence harus memberdayakan manusia dengan membuat keputusan tepat dan mendorong hak-hak dasar. Hal ini bersamaan dengan mekanisme pengawasan yang tepat untuk perhatikan dengan dicapai melalui pendekatan human in the loop, human on the loop, serta human in command.
  • Sistem artificial intelligence harus tangguh dan aman karena bisa memastikan akurasi, keandalan, serta tidak terjadi bahaya disengaja maupun tidak disengaja.
  • Sistem artificial intelligence harus menghargai privasi serta tata kelola data dengan mempertimbangkan kualitas maupun integritas data.
  • Data, sistem, serta model bisnis harus transparan yang memungkinkannya untuk diketahui secara jelas.
  • Tidak adanya bias dan non diskriminasi yang dijunjung tinggi. Di mana, selama ini pemanfaatan teknologi AI cukup menimbulkan beragam implikasi negatif seperti marginalisasi kelompok rentan dan memperburuk prasangka maupun diskriminasi.
  • Setiap pelaku maupun pemilik teknologi AI wajib berpihak ke metode efisien sumber daya karena bisa memastikannya menjadi teknologi yang bermanfaat untuk memerangi perubahan iklim serta menangani masalah lingkungan.

Dengan diterapkannya aturan mengenai penerapan artificial intelligence, maka hal ini akan berdampak pada tujuan diciptakannya AI maupun menghindari risiko negatif yang mengancam. Di mana, ada beberapa potensi negatif mengacu pada keamanan dari penerapan AI seperti peracunan data atau data poisoning dan pencurian data pribadi.

Ketika pihak tidak bertanggung jawab menyisipkan data beracun sehingga membuat sistem AI menghasilkan keputusan yang meleset, maka jelas akan merugikan perusahaan.

Sementara untuk pencurian data privasi juga kemungkinan besar bisa terjadi. Di mana, serangan ini membuat penyerang bisa mengakses informasi sensitif melalui data yang digunakan pada penerapan AI. Oleh karena itu, aturan mengenai etika dan keamanan penerapan AI yang diberlakukan nantinya bisa mengantisipasi setiap risiko maupun membantu proses pengembangan AI di masa depan.

Mengingat, peran AI saat ini sangat erat dalam kehidupan sehari-hari karena sudah diterapkan dalam penggunaan smartphone. Sama halnya dengan memulai investasi di instrumen aset kripto yang semakin mudah dilakukan. Apalagi dengan banyaknya pilihan platform yang aman dan tepercaya seperti aplikasi Ajaib Kripto.

Ajaib Kripto memungkinkan siapapun yang ingin berinvestasi di aset kripto secara aman dan mudah. Di mana, kamu bisa menemukan pilihan aset kripto dengan prospek bagus di masa mendatang untuk hasilkan keuntungan. Ditambah dengan informasi lengkap seputar kripto terkini melalui berita dan artikel di dalamnya.

Oleh karena itu, yuk download aplikasi Ajaib Kripto di smartphone kamu untuk mulai investasi di aset kripto, sekarang.

Artikel Terkait