Seputar Info

Mengenal Pengertian dan Manfaat Penggunaan Hash dalam Dunia Kripto

Mengenal Pengertian dan Manfaat Penggunaan Hash dalam Dunia Kripto

Aktivitas menambang aset kripto seperti Bitcoin mungkin bukan hal yang asing lagi saat ini. Di mana, ada banyak penambang, baik individual maupun perusahaan yang melakukan praktik mining aset kripto. Hasil penambangan ini diterbitkan dalam block reward yang didapatkan ketika berhasil memecahkan sebuah blok menghasilkan output 64 karakter dengan susunan acak.

Di mana, output tersebut yang disebut dengan istilah hash. Istilah ini merujuk pada proses matematis yang terdiri dari data dengan beragam ukuran yang disimpan dalam serangkaian operasi. Sifat dari ukuran data-data ini tetap dan penting khususnya jika berkaitan transaksi dalam jumlah besar. Untuk lebih jelasnya mengenai hash dan kegunaannya, simak penjelasannya berikut ini.

Apa yang Dimaksud dengan Hash?

Hash merupakan sebuah kode alfanumerik yang digunakan dalam mewakili kata, pesan, maupun data. Sederhananya hash sebagai sidik jari maupun rangkuman data digital. Jika disandingkan dengan enkripsi, maka hash adalah kriptografi satu arah, sedangkan enkripsi berjalan secara dua arah. 

Selain itu, kode ini memiliki dua karakteristik meliputi input sama selalu menghasilkan output sama dan tidak ada fungsi maupun cara untuk membalikkan output yang kembali menjadi input. Sementara itu, hashing menjadi proses dalam menghasilkan fixed size output berdasarkan variable sized input yang dilakukan dengan melalui penggunaan rumus matematika bernama hash function

Di mana, setiap aset kripto akan menggunakan sejumlah algoritma hashing berbeda dalam membuat beragam jenis kode hash dengan tugas menghasilkan alfanumerik secara acak.

Cara Kerja Hash dalam Blockchain

Pada dasarnya, hash dalam blockchain memiliki cara kerja dengan mengambil jumlah bit tanpa terbatas, membuat perhitungan, serta menghasilkan beberapa bit tetap. Nantinya, output akan selalu diperbaiki sehingga menghasilkan konsekuensi berupa data asli yaitu input dan transformasi terakhir yaitu hash. Di dalam kode ini terdapat dua struktur data untuk menyimpan data yang berisi dua elemen utama.

Di mana, elemen yang pertama yaitu pointer sebagai variabel mengacu pada variabel lainnya dengan fungsi menjadi indikator dalam menunjukkan jalan menuju lokasi secara tepat. Ditambah dengan pointer yang memberikan alat blok berikutnya pada rantai atau chain. Kemudian elemen selanjutnya yaitu linked list untuk membantu dalam membuat urutan simpul terkoneksi bantuan pointer.

Dengan adanya kode alfanumerik di blockchain, maka setiap blok akan diberi pengindentifikasi asli dengan membutuhkan konsekuensi yang tidak dapat diubah dengan mengubah blockchain. adapun blok identifikasi dalam header blok terdiri dari:

  • Nomor versi blockchain.
  • Penunjuk hash.
  • Stempel waktu UNIX
  • Nonce dengan nilai yang dibutuhkan penambang dalam membuat blok.
  • Hash berdasarkan akar Merkle.

Jenis-Jenis Hash Berdasarkan Fungsinya

Jika mengacu pada jenis fungsi kode alfanumerik ini, maka hal ini akan bergantung pada penerapan kode alfanumerik itu sendiri karena setiap bidang memiliki model yang berbeda. Untuk jenis-jenis dari fungsi hash dalam dunia kripto dan blockchain, maka modelnya cukup berbeda seperti berikut:

MD5

Jenis ini sering kali digunakan bersama hash value 128-bit sebagai fungsi kode alfanumerik yang dimanfaatkan untuk aplikasi keamanan seperti Internet standar atau RFC 1321. MD singkatan dari message digest yang kini digunakan sebagai pengganti MD4 hasil pengembangan Profesor Ronald Rovest dari MIT. Untuk cara kerja MD5 bisa dilihat saat kamu mengunduh file tertentu mengalami proses terputus.

Di mana, hal ini disebabkan oleh beberapa hal yang biasanya menyebabkan file hasil unduhan tidak bisa diakses karena corrupt atau rusak. MD5 mampu menyelamatkan kamu dari risiko ini jika diaplikasikan secara tepat.

SHA-1

Kemudian ada SHA-1 atau Secure Hash Algorithm 1 sebagai hash kriptografi bekerja dengan mengambil input dalam menghasilkan nilai hash 20-bit. Di mana, SHA-1 terdiri dari 40 digit heksadesimal yang dirancang khusus oleh Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat hingga masuk ke dalam Standar Pemrosesan Informasi Federal.

Di mana, SHA-1 bisa berperan sebagai intisari pesan yang digunakan secara luas dan memiliki tingkat keamanan lebih baik. Pada pengembangannya, SHA-1 memiliki penerus bernama SHA-2 dan SHA-3, namun jenis ini masih berperan penting untuk menjaga keamanan ketika mengakses website menggunakan kata sandi. 

RIPEMD-160

Lanjut ke RIPEMD-160 atau Race Integrity Primitive Evaluation Message Digest sebagai algoritma yang dikembangkan dari MD4 dengan fungsi disusun berdasarkan konstruksi Merkle-Damgård dengan masuk ke dalam standar Bitcoin. Selain itu, RIPEMD-160 mampu menghasilkan intisari dari pesan 160-bit. 

Dengan melakukan pengembangan secara optimal, maka RIPEMD-160 memiliki performa lebih cepat dan bertenaga. Dengan begitu, algoritma ini bisa mengurangi pending data yang sering kali menghambat transaksi. Selain itu, RIPEMD-160 bisa membuat alamat Bitcoin yang diakumulasi sesuai kunci publik. 

SHA-2 dan SHA-3

Seperti yang disebutkan sebelumnya bahwa SHA-1 memiliki dua penerus hash yaitu SHA-2 dan SHA-3 dengan mendapatkan peningkatan optimal. SHA-2 sendiri diterbitkan pada tahun 2001 dengan jenis algoritma terdiri dari enam fungsi kode alfanumerik yang memiliki macam-macam ukuran digest. Muladi dari SHA-224, SHA-256, SHA-384, SHA-512, SHA-512/224, hingga SHA-512/256.

Sementara untuk SHA-3 dikembangkan oleh lembaga non-NSA yang dirilis NIST di tahun 2015. Jenis dari fungsi hash sebelumnya dinamakan Keccak sebagai anggota keluarga Algoritma Secure Hash. Di mana, kehadiran SHA-3 untuk opsi alternatif SHA-1 maupun MD5 sehingga kamu bisa menggunakannya ketika fungsi utama tidak mampu memberikan hasil sesuai ekspektasi.

Bagaimana Cara Hash Digunakan pada Proses Mining?

Penggunaan kode alfanumerik pada kegiatan mining atau menambang sendiri dilakukan untuk mendapatkan sejumlah blok berisi transaksi terverifikasi. Di mana, proses ini harus melalui kode alfanumerik sebelum bisa ditambahkan pada blockchain. Pada prosesnya, penambang akan mengenal istilah hash rate sebagai pengukur atau penghitung jumlah jaringan blockchain untuk memecahkan teka-teki matematika.

Hash rate sendiri menggunakan satuan hash per second. Seiring bertambahnya jaringan aset kripto, maka kode alfanumerik berlangsung per detik bakal semakin cepat untuk meningkatkan rate nya. Selain itu, pemakaian perangkat mining atau Application Specific Integrated Circuit juga sebagai salah satu faktor. Hanya saja, rate kode alfanumerik yang tinggi akan semakin sulit memecahkan teka-teki tersebut.

Hal ini karena penambang tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan tersebut sehingga meningkatnya jumlah penambang.

Oleh karena itu, peran kode alfanumerik ini dalam dunia kripto khususnya mendukung aktivitas mining adalah hal penting. Bagi kamu yang tertarik untuk menambang aset kripto seperti Bitcoin, maka istilah hash wajib untuk dipahami. Namun jika tidak ingin kerepotan untuk menambang, kamu tetap bisa mendapatkan aset kripto dengan cara membelinya.

Apalagi kamu bisa mendapatkan aset kripto secara aman dan mudah melalui aplikasi Ajaib Kripto. Ada banyak pilihan aset kripto yang bisa disesuaikan dengan analisa kamu. Cukup dengan download aplikasi Ajaib Kripto di smartphone kamu untuk mulai investasi, sekarang.

Artikel Terkait