Seputar Info

Mengenal Apa Itu The Graph (GRT): Cara Kerja dan Keunikannya

Mengenal Apa Itu The Graph (GRT): Cara Kerja dan Keunikannya

Di dalam dunia crypto ada banyak sektor yang mulai berkembang dengan memberikan berbagai macam utilitas, penggunaan blockchain, decentralized apps (DApps), hingga decentralized finance (DeFi). The Graph merupakan salah satu diantaranya. Apa yang membuat The Graph unik dan bagaimana cara kerjanya? Mari kita mulai dengan mengenal apa itu The Graph atau GRT.

Apa Itu The Graph (GRT)

The Graph merupakan sebuah protokol pengindeksan (indexing protocol) yang bertugas untuk meminta data pada jaringan seperti Ethereum dan IPFS. The Graph mendukung beberapa aplikasi pada DeFi dan memiliki ekosistem Web3 yang cukup luas. The Graph memiliki tokennya sendiri yang dinamakan GRT. Token ini merupakan token ERC-20 yang dibangun dan tergabung diatas jaringan Ethereum.

Melalui protokol The Graph, para pengembang dapat membuat atau membangun API terbuka yang dinamakan subgraph. Subgraph dapat dikueri aplikasi menggunakan GraphQL dan mendapatkan data dari jaringan blockchain.

Sejarah dan Pendiri The Graph (GRT)

Pada tahun 2018, tiga orang bernama Yaniv Tal, Jannis Pohlmann, dan Brandon Ramirez pertama kali mencetuskan ide untuk mendirikan The Graph. Awal dari tercetusnya ide ini adalah keresahan salah satu foundernya, Yaniv Tal. Tal merasa bahwa cukup sulit untuk menciptakan DApps baru di jaringan Ethereum. Pada akhirnya, Tal bersama timnya merancang dan membangun sebuah protokol untuk indexing dan query terdesentralisasi pertama di dunia crypto.

Lalu, pada tahun 2020, para founder meluncurkan Mainnet dan itu merupakan sebuah langkah yang cukup baik dalam mendesentralisasi penggunaan DApps. Protokol The Graph mampu meningkatkan jumlah volume pembuatan subgraph pada jaringan. Proyek ini memiliki tujuan utama yaitu membangun Web3 yang dapat diakses oleh siapa saja dan memungkinkan siapa saja untuk menciptakan DApps tanpa harus memiliki server terpusat atau otoritas tertentu.

Cara Kerja The Graph

Seiring dengan kepopuleran decentralized finance (DeFi) dalam dunia crypto, The Graph disambut baik oleh masyarakat dan menjadi protokol crypto dengan skala yang lebih luas. Hal ini dikarenakan protokol GRT memungkinkan para pengembang dan penggunanya untuk membuat API publik terbuka, membangun subgraph pada sejumlah decentralized apps atau DApps, pengumpulan data, serta query dan indexing. Bahkan, pada April 2021, The Graph sudah memproses sampai dengan 20 miliar query.

Dalam protokol GRT, hal pertama yang diproses untuk menggabungkan data terdapat pada Graph Nodes. Graph Nodes bertugas untuk memindai blok jaringan dan smart contract secara terus menerus untuk mendapatkan informasi. Ketika sebuah aplikasi menambahkan data pada jaringan blockchain menggunakan smart contract, maka Graph Node akan menambahkan informasi atau data pada blok tersebut untuk menuju subgraph yang seharusnya.

Protokol ini menggunakan “Subgraph Manifesto” yang merupakan gambaran dari subgraph yang berisi data mengenai smart contract, proses mapping data, dan aktivitas blockchain yang pada akhirnya disimpan dalam platform berbasis data. Aktivitas tersebut dimulai setelah DApps yang menambahkan data kedalam blockchain Ethereum menggunakan smart contract. Data-data tersebut berisi catatan dari seluruh transaksi hingga mencapai titik finalisasi. Proses selanjutnya adalah Graph Node akan memindahkan database blockchain secara menyeluruh serta menyaring dan mengumpulkan data yang berkaitan dengan query pengguna.

Berikut ini merupakan tiga jenis pengguna yang berperan dalam mengatur data pada protokol GRT.

  • Kurator

Kurator adalah pengembang subgraph yang menilai subgraph yang mempunyai kualitas tinggi dan perlu diindeks pada protokol The Graph dengan cara melampirkan token GRT pada subgraph yang dinilai berkualitas.

  • Pengindeks

Pengindeks merupakan operator node yang bertugas sebagai penyedia layanan indexing dan query pada subgraph yang ditandai. Pihak pengindeks juga mempertaruhkan GRT untuk bisa menyediakan layanan tersebut.

  • Delegator

Pengguna ini bertugas mendelegasi GRT pada pengindeks sehingga dapat berkontribusi dalam menjalankan jaringan tanpa menginstall node.

Nantinya, hasil dari proses tersebut akan berubah menjadi GraphQL. GraphQL merupakan tautan antara aplikasi dengan data pada blockchain. Setelah itu, pengguna dapat melihat hasil query didalam aplikasi. Proses tersebut merupakan cara kerja siklus query dan data indexing pada platform. Pengguna bisa menggunakan Graph Explorer untuk mencari subgraph yang sudah tersedia di platform dan setiap subgraph tersebut memiliki lokasi dimana pengguna bisa melakukan query.

Hingga saat ini, terdapat lebih dari 2.300 subgraph yang telah digunakan para pengembang untuk aplikasi mereka. Beberapa aplikasi tersebut adalah AAVE, Aragon, Uniswap, Balancer, DAOstacck, Synthetix, dan lain-lain. Protokol The Graph juga memiliki komunitas global yang cukup luas dan mencakup lebih dari 200 node pengindeks dan lebih dari 2 ribu kurator.

Token GRT

GRT merupakan token berbasis ERC-20 yang dibangun diatas jaringan Ethereum. Token ini memiliki fungsi untuk mengalokasikan sumber daya didalam jaringan, dan sebagai media pertukaran serta reward atau hadiah bagi pengguna yang memiliki peran sebagai pengindeks, kurator, dan delegator dalam protokol The Graph. Total pasokan token GRT saat peluncuran mainnet akan menjadi 10 miliar token, dengan pasokan awalnya sekitar 1,2 miliar token. Token baru akan diterbitkan sebagai bentuk penghargaan pengindeksan akan dimulai pada 3 persen setiap tahunnya. Saat artikel ini ditulis, harga token GRT berada di angka Rp. 1045.

Keunikan The Graph

Protokol ini memiliki utilitas unik dan merupakan proyek yang menarik pada bidang crypto atau blockchain. Keunikan dari protokol ini adalah dapat menyediakan data yang mudah diakses oleh pengguna pada jaringan. The Graph adalah salah satu decentralized market pertama yang dapat mengatasi masalah sulitnya membuat DApps dalam hal penyelesaian pengindeksan dan kepemilikan. Protokol ini dijalankan dengan bantuan dari peserta dalam jaringan. Pengindeks bertugas menjadi operator node dengan tujuan menciptakan pasar yang unik dalam hal indexing.

Dengan segala inovasi dan keunikannya, protokol ini mampu menghasilkan manfaat dalam dunia blockchain dan crypto. The graph juga memiliki token yang dapat diperjual-belikan di pasar crypto. Namun, sebelum membeli token tersebut, kamu harus memahami bahwa keberhasilan dan keberlangsungan proyek sangat menentukan harga token tersebut di masa depan.

Artikel Terkait