Suatu jaringan blockchain pada dasarnya bisa bekerja karena adanya validator yang bekerja didalamnya. Fungsi validator disini sebagai fitur yang mendukung verifikasi suatu transaksi bisa berjalan dengan lancar dan transparan. Namun, bagaimana cara kerja validator crypto?
Apa Itu Validator Crypto?
Validator Crypto merupakan satu komponen penting dalam blockchain dan bertanggung jawab atas verifikasi transaksi yang terjadi. Validator disini akan menilai keakuratan suatu transaksi, lalu kemudian menambahkannya ke buku besar. Dengan begitu, transaksi di blockchain akan tetap transparan dan utuh.
Sedikit informasi, Blockchain adalah sebuah sistem yang bertugas untuk menyimpan berbagai data informasi transaksi terdistribusi. Singkatnya, blockchain ada sebagai sebuah buku, lalu node sebagai penulis yang ikut andil dalam buku tersebut. Para node akan saling memverifikasi node lain. Nah, jika data akurat, maka mereka akan memvalidasi lalu menambahkannya ke dalam blok baru.
Validator yang dibutuhkan di berbagai blockchain cukup beragam, jadi proses validasi juga akan bergantung pada mekanisme konsensus yang digunakan di dalam blockchain. Nantinya, chain akan diisi oleh data-data akurat yang sudah divalidasi dan diverifikasi. Beberapa blockchain menggunakan jenis konsensus yang berbeda pula. Oleh karena itu, ada beberapa blockchain yang memberikan semacam rewards kepada penggunaannya karena sudah ikut berkontribusi sebagai validator didalam jaringan mereka.
Namun, blockchain-blockchain ini juga akan memberikan suatu penalti jika pengguna yang berperan sebagai validator di jaringan mereka tidak bisa mengerjakan validasinya dengan akurat. Penalti ini bisa berbentuk sebagai sebuah larangan atau permanen dalam beberapa kasus tertentu. Oleh karena itu, fungsi buku besar adalah untuk memastikan keamanan dan perlindungannya terhadap penyalahgunaan hingga kejahatan dalam transaksi.
Jenis-Jenis Validator Crypto
Validator bukan pekerjaan yang teramat sulut. Para validator ini biasanya bekerja hanya dengan menerima data lalu kemudian memeriksa keakuratannya dan terakhir, memvalidasinya. Seperti yang disinggung sebelumnya, validator setiap blockchain berbeda-beda. Mari kita ambil contoh validator Bitcoin dan Ethereum. Keduanya menggunakan jenis validator yang berbeda, namun apa perbedaannya?
Cara Kerja Validator Proof-of-Work (PoW)
Proof-of-Work (PoW) adalah versi paling pertama dari jenis-jenis konsensus ini. Nah, pelopor mata uang crypto alias Bitcoin menggunakan konsensus ini. Proof-of-Work merupakan sebuah proses penambahan blok transaksi baru ke dalam jaringan blockchain. Proses Proof-of-Work (PoW) ini akan menghasilkan suatu hash yang sesuai dengan hash target dari blok.
Blockchain Proof-of-Work (PoW) memiliki sistem dimana validator harus menunjukan kalau para validator ini sedang work atau bekerja memeriksa datanya. Nah, validator dalam konsensus ini disebut sebagai miner atau penambang.
Sebagai mata uang digital pertama, Bitcoin mengadopsi konsensus ini untuk memudahkan transaksi peer-to-peer yang simpel dan aman tanpa adanya ikut campur tangan dari otoritas pihak ketiga. Namun saat itu, pengembangan mata uang cukup terhambat karena permasalahan pengeluaran yang ganda.
Karena Crypto hanyalah sebuah data, maka diperlukan suatu mekanisme untuk mencegah para penggunanya menghabiskan unit-unit yang sama di beberapa tempat berbeda sebelum sistem bisa mencatat transaksi. Nah, Nakamoto si pendiri Bitcoin berinisiatif memberikan rewards atau insentif kepada miner untuk berpartisipasi dalam validasi crypto.
Bitcoin adalah yang pertama sekaligus paling populer yang menggunakan Proof-of-Work (PoW). Miner-miner disini, akan menggunakan mining rig atau mesin Application-Specific Integrated Circuit (ASIC) untuk memecahkan kode serta menghitung data didalam jaringan. Jika miner berhasil memvalidasi blok data yang baru, maka miner akan mendapatkan rewards. reward yang didapatkan ini biasanya berbentuk jenis token atau koin yang tengah di mining, seperti misalnya mining Bitcoin akan mendapatkan rewards BTC.
Cara Kerja Validator Proof-of-Stake (PoS)
Proof-of-Stake (PoS) punya konsep yang hampir mirip dengan Proof-of-Work (PoW). Namun, Proof-of-Stake (PoS) menggunakan energi yang jauh lebih hemat dibandingkan Proof-of-Work (PoW). Konsensus ini tidak memerlukan mining rig dengan energi super besar untuk memvalidasi transaksi.
Sunny King adalah orang pertama yang mengenalkan sistem ini ke publik, tepatnya tahun 2012. Konsensus ini dibuat untuk menyelesaikan dan menjadi solusi dari penggunaan energi mining Bitcoin yang teramat besar pada saat itu. Mengapa Proof-of-Stake bisa lebih hemat dibandingkan Proof-of-Work? Aktivitas mining alias staking di konsensus ini tidak memerlukan perangkat komputer yang besar dan membutuhkan banyak energi.
Para penggunanya harus staking atau mempertahankan aset yang dimilikinya untuk menjadi seorang validator. Pemilihan validator ini dilakukan secara acak. Namun, terkadang, pemilihan validator akan tergantung dari jumlah aset yang sedang distaking. Para pengguna akan diberikan rewards sesuai dengan berapa besar usaha dan partisipasi mereka dalam proses validasi. Nah, blockchain Proof-of-Stake (PoS) yang cukup populer adalah Ethereum dan Solana.
Dari penjelasan diatas, kita bisa menarik beberapa poin penting. Validator bisa disebut sebagai ‘orang’ yang memiliki tanggung jawab penuh atas proses verifikasi transaksi di jaringan blockchain.Berdasarkan jenis konsensus yang sudah dijelaskan diatas, Proof-of-Stake dan Proof-of-Work, para validator akan melakukan validasi dengan cara dan sistem yang sedikit berbeda. PoS menggunakan staking untuk melakukan validasi, sedangkan PoW melakukannya dengan cara mining menggunakan mining rig berkualitas.