Di dalam bisnis terdapat banyak istilah atau singkatan yang asing. Salah satunya istilah BEP. BEP adalah satu situasi bisnis atau perusahaan yang perlu diketahui oleh para pelaku. Pasalnya eksistensi perusahaan atau bisnis juga terkadang disebabkan oleh faktor ini.
BEP sendiri merupakan singkatan dari bahasa asing yaitu Break Even Point. Sebuah istilah yang cukup sering disampaikan oleh para pengusaha hingga praktisi dan ahli akuntansi dan bisnis.
Pertanyaannya ialah apa yang dimaksud dengan BEP? Nah untuk menjawabnya silakan baca artikel ini sampai tuntas.
Pengertian BEP
BEP atau Break Even Point merupakan satu situasi perusahaan manakala mendapatkan neraca keuangan yang berimbang antara pendapatan dengan modal. Sebab perimbangan tersebut akhirnya perusahaan tersebut tidak mendapatkan keuntungan tetapi juga tidak mengalami kerugian.
BEP terjadi jika keuntungan yang didapatkan oleh perusahaan hanya mampu menutupi biaya tetap dan variabel yang telah dikeluarkan. Artinya tidak ada keuntungan yang bisa diambil dari transaksi tersebut. Karena ulasan ini bisa disimpulkan BEP adalah operasional perusahaan dengan keuntungan dan kerugian berada di titik nol.
Konsep BEP
BEP merupakan sebuah situasi perusahaan pasca terjadinya transaksi yang harus dipelajari dengan serius. Karena dengannya pihak pengusaha bisa meneropong kondisi finansial perusahaan untuk saat ini. Termasuk juga untuk menganalisis langkah kebijakan produksi berikutnya. Maka dari itu, pengusaha tidak boleh asal menentukan nilai BEP melainkan harus disesuaikan dengan konsep tertentu.
1. Membaca Biaya Tetap dan Variable
Konsep dasar BEP yang pertama ialah pembacaan terhadap biaya tetap dan biaya variabel. Artinya kedua biaya ini harus tertutupi terlebih dahulu dari hasil penjualan sekalipun darinya tidak akan mendapatkan keuntungan. Nah, kalkulasi ini yang menjadi bahasan utama untuk menentukan nilai BEP.
2. Penghitungan untuk Satuan Produk
Kalkulasi BEP hanya berlaku untuk satu produk yang terjual. Sedangkan kalau produk berjumlah besar tetap kalkulasinya harus menyamakan nilai per-satuan produk.
Karena jika kalkulasi BEP untuk satuan produk terkecil, maka otomatis analisis penyeimbangan antara pendapatan dengan modal menjadi lebih rinci dan detail.
3. Perubahan Aktivitas Produksi Memengaruhi Biaya Tetap
Di dalam teori BEP atau Break Even Point perubahan aktivitas produksi pasti selalu mempengaruhi biaya tetap. Semisal sebuah perusahaan ingin meningkatkan jumlah produksi empat kali lipat dari biasanya.
Nah, pastinya perusahaan membutuhkan tenaga kerja tambahan. Dalam konteks ini gaji tenaga kerja pun akan mengalami perubahan yang berupa pertambahan alokasi.
Baca juga: Break Even Point (BEP) dan Kompensasi pada Karyawan
4. Penghitungan untuk Semua Produk yang Habis Terjual
Kalkulasi BEP harus disesuaikan atas keseluruhan produk yang sudah habis terjual. Kalau masih ada produk tersisa tentunya kalkulasi BEP masih belum bisa dilakukan.
Pasalnya, jika dalam kalkulasi memang terjadi BEP, toh masih ada produk yang belum laris artinya masih ada potensi keuntungan yang akan didapatkan.
Unsur BEP
Ada banyak unsur yang akan menentukan nilai dari sebuah operasi Break Even Point. Jika satu unsur ini saja tidak terpenuhi maka otomatis nilai BEP juga tidak akan terdeteksi. Ini unsur-unsur yang dimaksud:
1. Fixed Cost
Fixed Cost atau biaya tetap merupakan biaya operasional perusahaan yang pasti dikeluarkan sekalipun tidak ada lagi produk yang diproduksi. Yang termasuk ke dalam biaya ialah gaji karyawan kantor, biaya sewa gedung dan selainnya. Fixed cost juga termasuk unsur penting di dalam BEP.
2. Variable Cost
Variable cost adalah biaya yang harus dikeluarkan jika perusahaan melakukan produksi. Yang termasuk ke dalam biaya ini ialah biaya untuk membeli bahan baku hingga alat yang hanya digunakan untuk satu kali produksi saja. Variabel cost maupun fixed cost harus dikalkulasi dulu untuk menentukan nilai BEP.
3. Mixed Cost
Mixed cost atau biaya campuran terjadi manakala biaya tetap harus meningkat dikarenakan adanya perubahan produksi. Seperti diketahui biaya tagihan listrik termasuk ke dalam varian fixed cost akan tetapi kalau biaya produksi mengalami kenaikan terus menerus maka biaya tagihan listrik akhirnya membengkak. Ini yang dimaksud mixed cost.
4. Harga Pokok Penjualan
Untuk menentukan harga pokok penjualan, maka pengusaha harus menjumlahkan terlebih dahulu antara fixed cost dengan variable cost maupun mixed cost. Hasil itulah yang dimaksud dengan harga pokok penjualan.
Artinya, belum disisipkan nominal laba ke dalamnya. Nah, dari HPP inilah nilai BEP bisa diketahui.
Baca juga: Cara Menghitung dan Manfaat BEP untuk Bisnis
5. Margin Laba
Margin laba adalah total harga tertentu yang akan ditambahkan pada harga pokok penjualan ketika nilai BEP sudah diketahui. Hasil dari kalkulasi tersebut adalah harga produk yang ditawarkan kepada pelanggan.
Jika produk tersebut laris maka nominal yang ditambahkan ke dalam margin laba itulah yang akan menjadi keuntungan perusahaan.
Kalau bisa disimpulkan BEP adalah nilai operasional atau produksi ketika produk dijual dengan harga pokok penjualan atau HPP. Dari penjualan semacam ini tentu wajar kalau perusahaan masih belum mendapatkan keuntungan kecuali si pengusaha harus menyisipkan margin laba ke dalam harga yang sebelumnya. Itulah pembahasan mengenai Break Even Point atau BEP.
Untuk menghadapi ini, jika kamu memiliki uang lebih tidak ada salahnya untuk menginvestasikan uang ke instrumen investasi mulai dari reksa dana, saham, emas, obligasi, dan sebagainya.
Mulai Investasi Aset Kripto di Ajaib Kripto!
Siap memulai perjalanan investasi crypto kamu? Yuk, langsung saja mulai bersama Ajaib Kripto! Cek harga crypto hari ini, dan Jual Beli Bitcoin, Ethereum, Binance Coin, serta koin lainnya akan jadi lebih mudah, aman, dan tepercaya bersama Ajaib Kripto, aplikasi crypto yang sudah terdaftar dan berizin dari Bappebti.
Yuk, download Ajaib Kripto sekarang!