Seputar Info

Belajar Stoikisme untuk Sukses Berinvestasi

stoikisme

Stoikisme adalah suatu aliran filsafat Yunani Kuno yang berfokus pada filosofi etika. Sejak dicetuskan oleh filsuf Zeno pada abad ke-3 SM, aliran stoikisme terus berkembang dari masa ke masa. Pada era modern saat ini pun banyak orang yang menerapkannya dalam berbagai fase kehidupan, termasuk untuk mencapai investasi sukses dalam jangka panjang.

Bagaimana Pendapat Stoikisme tentang Investasi?

Para tokoh stoikisme menganggap eudaimonia (kebahagiaan) adalah keutamaan hidup. Sedangkan mempraktikkan etika yang baik merupakan sesuatu yang penting dan diperlukan untuk mencapai eudaimonia (kebahagiaan).

Para tokoh stoikisme mengajarkan bahwa “kebajikan adalah satu-satunya kebaikan” bagi umat manusia, sedangkan hal-hal yang lainnya tidaklah baik ataupun buruk dengan sendirinya, melainkan memiliki nilai sebagai “sarana untuk bertindak dengan kebajikan”. Hal-hal lain yang dimaksud itu termasuk juga kesehatan, kekayaan, hiburan, dan investasi.

Epictetus, salah satu filsuf Stoikisme ternama, pernah mengatakan, “Jika Anda dapat menghasilkan uang dengan tetap jujur, amanah, dan bermartabat, maka lakukanlah dengan segala cara. Tetapi Anda tidak perlu menghasilkan uang jika Anda harus mengorbankan integritas Anda.”

Singkatnya, stoikisme menganggap investasi sebagai sesuatu yang baik jika dilaksanakan dengan baik pula.

Apa yang Bisa Dipelajari Investor dari Stoikisme?

Filsafat stoikisme memuat banyak pokok-pokok pikiran yang sesuai dengan mindset investor sukses. Antara lain, lebih bersikap realistis serta berfokus pada pengembangan diri daripada bersikap egois dan menyalahkan orang lain.

Stoikisme juga mengajak kita agar senantiasa melakukan refleksi atas diri sendiri, bersikap antisipatif, dan mengontrol emosi. Semuanya merupakan kunci untuk meraih kesuksesan dalam berinvestasi yang telah dipraktikkan oleh para investor ternama seperti Warren Buffett dan Dr Alexander Elder.

3 Trik Stoik dalam Berinvestasi

Penulis buku best-seller Darius Foroux dalam salah satu artikelnya merangkum tiga poin penting untuk “Stoic Investing“. Ketiga poin penting itu adalah mengendalikan emosi kita saat pasar sedang jatuh, menghindari investasi yang berisiko terlalu tinggi, serta konsisten mempertahankan rencana investasi jangka panjang.

1. Mengendalikan emosi kita saat pasar sedang jatuh

Jangan salahkan orang lain ketika merugi akibat IHSG jatuh. Daripada menyalahkan sana-sini, sebaiknya meninjau ulang apakah kerugian itu terjadi karena hal yang bisa kita kendalikan atau hal lain yang berada di luar kendali kita?

Hal-hal yang bisa kita kendalikan itu khususnya proses analisis sebelum berinvestasi. Apakah benar-benar mengenal saham yang dibeli? Apakah sudah memeriksa fundamental emiten sebelum menabung sahamnya?

Apabila kerugian dalam investasi itu disebabkan oleh kesalahan kita sendiri yang kurang teliti, maka belajarlah dari pengalaman dan segera memperbaikinya agar tak terjegal masalah serupa di masa depan.

Hal yang tidak bisa kita kendalikan itu antara lain pandemi, cuaca buruk, kenaikan suku bunga The Fed, dan berita-berita pasar lain. Kalau kita mengalami kerugian gegara faktor-faktor tersebut, maka tak ada gunanya menangis maupun mengamuk.

Bersabar dan yakinlah bahwa strategi investasi kita sudah mantap dan akan tetap membuahkan hasil dalam jangka panjang. Toh, sejarah dunia membuktikan bahwa semua krisis hanya akan berlangsung sementara saja.

Epictetus juga pernah mengungkapkan, “Ketika Anda menyalahkan orang lain atas perasaan negatif Anda, Anda kurang wawasan. Ketika Anda menyalahkan diri sendiri atas perasaan negatif Anda, Anda membuat kemajuan. (Tapi) Anda bijaksana ketika Anda berhenti menyalahkan diri sendiri atau orang lain.”

2. Menghindari investasi berisiko terlalu tinggi yang membuat kita tak bisa tidur dengan tenang

Investasi dalam aset apa pun selalu memiliki masa naik dan turun. Setiap kali akan berinvestasi, kita menghadapi pilihan antara siap menanggung risiko rugi atau kehilangan kesempatan untuk cuan.

Kita memang bisa menghindari kerugian dengan memilih untuk tidak berinvestasi. Akan tetapi, di saat yang sama, kita juga kehilangan peluang untuk meningkatkan kesejahteraan hidup dan mewujudkan mimpi-mimpi kita. Jadi kunci untuk kebahagiaan bukanlah “menghindari investasi”, melainkan “berinvestasi dengan bijak”.

Bagaimana caranya untuk berinvestasi dengan bijak? Berinvestasilah pada aset-aset yang mudah dipahami, serta memiliki tingkat risiko yang dapat kita tanggung dengan hati tentram. Hindarilah aset-aset berisiko tinggi yang naik-turun harganya sangat tajam hingga bisa membikin kita jantungan.

3. Terus menjalankan rencana investasi jangka panjang tanpa menghiraukan guncangan dalam jangka pendek

Seorang investor A mulai mempraktikkan nabung saham dengan menyisihkan gaji sebesar Rp2 juta per bulan untuk dibelikan saham blue chip. Ia telah menjalankannya selama enam bulan dengan lancar, dan harga sahamnya terus meningkat. Tapi pada bulan ketujuh, IHSG jatuh dan saham blue chip andalannya ambruk.

Dalam situasi seperti itu, banyak investor biasanya mulai ragu. Apakah akan terus menabung saham, atau berhenti dulu? Asalkan investor telah menjaga tingkat risiko dalam portofolio investasi sejak awal, sebaiknya tetap melanjutkan rencana nabung saham yang sudah dicanangkan.

Stoikisme mengajarkan agar kita terus menjalankan rencana yang sudah disusun dengan baik. Sebagaimana dikatakan Epictetus, “Setelah Anda mulai melakukan sesuatu, lanjutkan dan perlakukan sebagai suatu hal yang harus dilakukan. Jangan memperhatikan apa yang dikatakan orang.”

Mulai Investasi Aset Kripto di Ajaib Kripto!

Siap memulai perjalanan investasi crypto kamu? Yuk, langsung saja mulai bersama Ajaib Kripto! Cek harga crypto hari ini, dan Jual Beli Bitcoin, Ethereum, Binance Coin, serta koin lainnya akan jadi lebih mudah, aman, dan tepercaya bersama Ajaib Kripto, aplikasi crypto yang sudah terdaftar dan berizin dari Bappebti.

Yuk, download Ajaib Kripto sekarang!

Artikel Terkait